TEMPO.CO, Jakarta - Harga elpiji nonsubsidi kemasan 12 kilogram dipastikan tak bakal naik pada Agustus ini. Sebab, hingga saat ini, rencana PT Pertamina (Persero) ini tak kunjung direstui izin pemerintah.
"Penundaan kenaikan harga ini sampai ada isyarat dari pemerintah," kata Vice President Domestic Gas Pertamina, Gigih Wahyu Hari Irianto, kepada Tempo, Ahad, 17 Agustus 2014. (Baca: Harga Elpiji 12 Kg Naik, Gas Melon Bakal Diserbu)
Menurut Gigih, pada dasarnya kenaikan harga elpiji 12 kilogram yang diminta oleh Perseroan ini hanya mengikuti rekomendasi Badan Pemeriksa Keuangan. Selain itu juga, pada Januari lalu, Pertamina telah mengkonsultasikan dengan pemerintah. "Jadi yang penting bagi kami ini legal karena sudah menjalankan amanah," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinasi Bidang Perekonomian Chairul Tanjung mengatakan telah menerima pengajuan surat kenaikan harga elpiji ukuran 12 kilogram dari PT Pertamina (Persero). "Ya sudah saya terima, tapi kewenangan itu (kenaikan) di bawah Presiden," ujar dia di kantornya, Kamis, 7 Agustus 2014.
Menurut Chairul, kebijakan untuk menaikkan harga elpiji 12 kilogram atau tidak, sepenuhnya berada di bawah kewenangan pemerintah. Pertamina, ujar dia, mesti mengajukan terlebih dahulu sebelum diputuskan presiden untuk diberlakukan kenaikan harga. "Belum ada waktu yang tepat (menaikkan), mesti konsultasi dulu ke presiden," ujar dia. (Baca: Harga Elpiji 12 Kg Naik, Chatib: Inflasi Tidak Besar)
Sebaliknya, juru bicara PT Pertamina (Persero), Ali Mundakir, menyatakan kenaikan harga elpiji ukuran 12 kilogram merupakan hak prerogratif perseroan. Dengan demikian, rencana kenaikan tersebut tidak perlu meminta restu pemerintah. "Sesuai Permen ESDM, kami hanya melaporkan kepada pemerintah bukan meminta izin," ujarnya di gedung Kementerian Keuangan, Rabu, 13 Agustus 2014. (Baca: Pertamina Klaim Tak Kurangi Pasokan Elpiji)
Menurut Ali, kewenangan kenaikan harga elpiji nonsubsidi mutlak aksi korporasi perusahaan. Upaya itu, ujar dia, untuk memangkas kerugian yang diakibatkan rendahnya nilai jual. Hingga semester I 2014, Pertamina mencatat kerugian hingga Rp 2,81 triliun.
AYU PRIMA SANDI
Terpopuler:
Tim Prabowo Gugat KPU Lagi, Kali Ini ke PN Jakpus
Refly Harun Prediksi MK Tolak Gugatan Prabowo
Kubu Prabowo: Masih Cukup Waktu untuk Pemilu Lagi
Tim Transisi: Gerak Jokowi Terkunci RAPBN 2015
Kurikulum 2013, Jokowi Tolak Sekolah di Hari Sabtu