Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Laboratorium BSL 3, Seperti Ini Pengamanannya

image-gnews
Peneliti bekerja dengan peralatan khusus di ruang penunjang BSL 3 Prof. DR. Sri Oemijati, di Percetakan Negara, Jakarta, 14 Agustus 2014. Ebola telah menyebabkan kematian mencapai 54,8 persen dan virus MERS CoV menyebabkan kematian mencapai 41,35 persen di dunia. TEMPO/Imam Sukamto
Peneliti bekerja dengan peralatan khusus di ruang penunjang BSL 3 Prof. DR. Sri Oemijati, di Percetakan Negara, Jakarta, 14 Agustus 2014. Ebola telah menyebabkan kematian mencapai 54,8 persen dan virus MERS CoV menyebabkan kematian mencapai 41,35 persen di dunia. TEMPO/Imam Sukamto
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta-Jum’at lalu, 22 Agustus 2014, Tempo mendapat kesempatan untuk mengintip laboratorium tempat para ahli Indonesia membedah virus yang mematikan, termasuk MERS CoV (Middle East Respiratory Syndrome yang disebabkan oleh Coronavirus) dan virus flu burung.  Tempat penelitian yang lazim disebut sebagai laboratorium biosafety level 3 (BSL 3) berada di Kementerian Kesehatan, tepatnya di Jalan Percetakan Negara No 23 Jakarta.  Laboratorium ini diberi nama Laboratorium Penelitian Penyakit Infeksi Sri Oemijati. (Baca: Mengintip Laboratorium Tempat Virus MerS Dibedah).

Menurut Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, Profesor Tjandra Yoga Aditama, laboratorium BSL mempunyai tingkat pengamanan yang berbeda-beda. Tingkatannya dimulai dari satu sampai empat. Sampai saat ini, di Indonesia baru sampai BSL-3.

"Setiap tingkatan BSL beda-beda," kata Tjandra saat ditemui Tempo di laboratorium BSL 3, Kementerian Kesehatan. Dimulai dari BSL-1 yang merupakan jenis laboratorium seperti biasa dan dapat dilakukan di ruangan di mana saja. "Tidak memperhatikan suhu atau kelembapan," ujarnya, “ BSL-1 biasanya digunakan untuk mengurai bahan-bahan penelitian, seperti zat kimia. Tidak berbahaya.” (Baca: Lima Alasan MERS-CoV Lebih Penting daripada Ebola).

Adapun BSL-2 tingkat keamanannya sudah lebih ketat dibandingkan dengan BSL-1. Laboratorium BSL-2 biasanya dipakai untuk meneliti penyakit yang tidak membahayakan. "Tingkat resikonya tidak tinggi," kata Tjandra.

Untuk BSL-3, tingkat pengamannya sudah sangat tinggi. Mulai dari peneliti yang memakai alat pelindung khusus, seperti sendal karet, baju pengaman khusus, dan masker. Selain itu, tekanan ruangan harus negatif agar semua kotoran dan kuman tidak mengalir keluar. Selain pengaturan mesin sendiri, setiap saat ada petugas kontrol yang memperhatikan suhu, kelembaban, dan tekanan di ruangan.

Setiap harinya, suhu dan tekanan berbeda, sesuai dengan keperluan peneliti, sedangkan kelembaban harus dijaga jangan sampai ada jamur. Selain itu, akses masuk ke BSL-3 juga minim karena virus yang diteliti tingkat penularannya sangat tinggi. Peneliti juga tidak boleh lebih dari empat jam berada di BSL-3. "Tidak boleh sembarangan," kata Tjandra. (Baca: Peneliti: Unta Bukan Satu-satunya Penyebar MERS).

Di dalam BSL-3 juga terdapat pipa vakum dengan filter high efficiency particulate air (HEPA). Jika ada mikrobiologi atau kuman lepas, akan terperangkap filter dan mati.  "Benar-benar harus steril," kata Tjandra lagi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di BSL-3 terdapat empat divisi, yang disebut tim bioresiko. Tim bioresiko ini merupakan tim khusus untuk menjaga, memelihara, dan meningkatkan pengawasan. Tjandra menyebut, tim berasal dari peneliti dan petugas lab. Empat divisi tersebut adalah bio-safety, bio-lab information security, bio-administrasi, dan bio-pengembangan sumber daya manusia (SDM).

Untuk jumlah peneliti di BSL-3, menurut Tjandra, cukup banyak. Mereka bisa berganti melakukan penelitian. Hal yang penting adalah setiap peneliti harus sudah pernah melakukan traning dan patuh terhadap kode etik peneliti, seperti mengikuti setiap aturan yang berlaku selama di dalam BSL-3. "Karena, ya, itu tadi, tingkat resiko menularnya ke peneliti tinggi," ujar Tjandra. (Baca: Tujuh Pasien Terduga MERS Dirawat di Padang).

Untuk BSL-4, masih menurut Tjandra, hampir sama dengan BSL-3. Yang membedakan hanya tingkat pengaman yang lebih tinggi. "Seperti cara masuk yang mungkin akan lebih berlapis," katanya. Untuk masuk BSL-3, terdapat tiga pintu pengaman. "Kalau alat-alat yang digunakan pasti sama," katanya.

Saat ini, di Indonesia masih sampai BSL-3. Meski begitu, keberadaannya merupakan kemajuan bagi dunia penelitian di Indonesia. Sedangkan labotorium BSL-4 ada di beberapa negara, seperti Amerika, Singapura, dan India.  "Dengan adanya laboratorium BSL 3, setidaknya Indonesia sudah dapat meneliti sendiri," kata Tjandra.

ODELIA SINAGA | AMRI MAHBUB

TERPOPULER
Hari Ini, Tim Advokasi Prabowo Lapor ke Komnas HAM
Polisi Panggil Pengurus Gerindra Soal Garuda Merah
ISIS Rebut Pangkalan Militer Suriah
Ini Saran Komnas HAM kepada Tim Advokasi Prabowo

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

1 hari lalu

.
Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

Tautan phishing itu berisi permintaan verifikasi data kesehatan pada SATUSEHAT.


Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

4 hari lalu

Ilustrasi petugas Bea Cukai. Instagram/Beacukairi
Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

Direktorat Jenderal Bea dan Cuka (Bea Cukai) mendapat kritik dari masyarakat perihal sejumlah kasus viral.


Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

6 hari lalu

Juru bicara KPK, Ali Fikri, menghadirkan anggota DPRD Labuhan Batu, Yusrial Suprianto Pasaribu dan pihak swasta Wahyu Ramdhani Siregar, resmi memakai rompi tahanan seusai menjalani pemeriksaan, di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, Jumat, 26 Januari 2024. KPK resmi meningkatkan status perkara ke tahap penyidikan dengan menetapkan dan melakukan penahnan secara paksa selama 20 hari pertama terhadap dua orang tersangka baru Yusrial Suprianto Pasaribu dan Wahyu Ramdhani Siregar terkait Operasi Tangkap Tangan KPK terhadap empat tersangka Bupati Labuhan Batu, Erik A. Ritonga, anggota DPRD Labuhan Batu, Rudi Syahputra Ritonga, dua orang pihak swasta Efendy Sahputra dan Fazar Syahputra, dalam dugaan tindak pidana korupsi berupa pemberian hadiah atau janji terkait proyek pengadaan barang dan jasa dari APBD Tahun 2013 dan Tahun 2014 sebesar Rp.1,4 triliun di lingkungan Pemerintah Kabupatan Labuhan Batu. TEMPO/Imam Sukamto
Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.


Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

9 hari lalu

Foto handout yang disediakan oleh Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional (BASARNAS) menunjukkan desa Laingpatehi setelah letusan Gunung Ruang, di Sulawesi Utara, Indonesia, 19 April 2024. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM melaporkan Gunung Ruang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara, meletus pada 16 April malam. Akibat letusan Gunung Ruang, 272 KK atau sekitar 828 jiwa dievakuasi. EPA-EFE/BASARNAS
Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

Kementerian Kesehatan membantu warga terdampak Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara dengan penyediaan masker.


Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

10 hari lalu

Upaya evakuasi dan penyelamatan korban banjir di Musirawas Utara, Sumatra Selatan. Foto Dokumentasi Basarnas Palembang
Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes mengirimkan tim khusus ke area banjir Musi Rawas Utara. Salah satu tugasnya untuk antisipasi penyakit pasca banjir.


Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

20 hari lalu

Ilustrasi hipertensi (Pixabay.com)
Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

Kementerian Kesehatan mencatat hipertensi menjadi penyakit yang paling banyak ditemui di Pos Kesehatan Mudik Idulfitri 1445 H/2024 M.


3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

37 hari lalu

Ilustrasi ginjal. Shutterstock
3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

Wamenkes mengatakan perlunya fokus dalam tiga langkah penanganan penyakit ginjal kronis. Apa saja?


Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

38 hari lalu

Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

Banyak rumah sakit penuh sehingga pasien tidak tertampung. Masyarakat miskin kesulitan akses pelayanan kesehatan.


Guru Besar FKUI Rekomendasikan Strategi Memberantas Skabies

56 hari lalu

Gedung Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan IMERI-FKUI. Kredit: FKUI
Guru Besar FKUI Rekomendasikan Strategi Memberantas Skabies

Dalam pengukuhan Guru Besar FKUI, Sandra Widaty mendorong strategi memberantas skabies. Penyakit menular yang terabaikan karena dianggap lazim.


WHO Laporkan Kasus MERS di Arab Saudi, Dua Orang Tewas

20 Februari 2024

MERS pernah mewabah di Arab Saudi pada 2015, yang sempat terjadi 1.038 kasus, dengan 592 pasien pulih, sementara 487 meninggal. CCTV+
WHO Laporkan Kasus MERS di Arab Saudi, Dua Orang Tewas

Terdapat empat kasus MERS-CoV yang dikonfirmasi, dua diantaranya berujung pada kematian dan dilaporkan ke WHO oleh Arab Saudi