TEMPO.CO, Jakarta - Cuaca menjadi salah satu hambatan pencarian korban pesawat AirAsia QZ8501, yang putus komunikasi sejak Ahad, 28 Desember 2014. Pengumpulan jenazah yang awalnya dipusatkan di KRI Banda Aceh sebelum dikirim ke pos koordinasi Pangkalan Bun, Kotawaringan Barat, Kalimantan Tengah, pun terhambat. (Baca: Korban AirAsia QZ8501 Ketemu, Masih Ada 10 Misteri)
Beberapa kali jasad korban dari pesawat yang membawa 162 penumpang dan kru itu terpaksa menginap di kapal penemu, seperti KRI Yos Sudarso dan kapal Malaysia, Kapal Diraja (KD) Hang Lekir, sebelum berhasil dibawa ke Pangkalan Bun. Alasannya, helikopter yang menjemput tidak mungkin mampu melewati hadangan cuaca buruk.
Seperti pada Rabu, 31 Desember 2014, helikopter hanya berhasil menerbangkan dua jasad. Sisanya, lima jenazah, tersebar di kapal penemu. "Cuaca buruk menyebabkan jenazah masih di kapal penemu," kata Deputi Operasi Badan SAR Nasional Mayor Jenderal Tatang Zainudin, yang menjelaskan faktor lambatnya evakuasi korban. (Baca: Ini Pesan Terakhir Teknisi Air Asia di Blackberry)
Begitu pun kondisi yang dialami 47 penyelam elite dari TNI Angkatan Laut yang sejak Rabu, 31 Desember 2014, sudah tiba di Pangkalan Bun. Sayang, para penyelam yang terdiri atas 14 anggota Komando Pasukan Katak, 14 anggota Detasemen Jala Mangkara, 7 anggota Taifib Marinir, dan 12 penyelam dari Dinas Penyelamatan Bawah Laut itu hanya bisa menunggu di Pangkalan Bun.
Tidak ada helikopter yang bisa membawa mereka ke KRI Banda Aceh. Pilihan sarana evakuasi akhinya jatuh kepada kapal tunda atau tugboat. Setidaknya ada dua kapal tunda yang dipakai dalam evakuasi, yakni Ocean Raider 14 dan Senggora Escort. Keduanya tercatat menjadi senjata rahasia evakuasi korban dan badan pesawat AirAsia. (Baca: Janji Tony Fernandes ke Pramugari Korban Air Asia)
Kapal tunda yang sama-sama buatan perusahaan galangan kapal di Batam, Kepulauan Riau, itu biasanya bertugas menarik dan mendorong kapal besar untuk masuk ke pelabuhan. Kapal yang berbobot mati 199-250 ton ini panjangnya tidak sampai 30 meter, tapi mampu menarik kapal berbobot ribuan ton. Kebanyakan mesin kapal yang digunakan kapal tunda sama dengan mesin kereta api.
Salah satu keandalan kapal tunda adalah memiliki penggerak yang disebut Schottel propulsion system (azimuth thruster/Z-peller), yaitu baling-baling di bawah kapal yang dapat bergerak 360 derajat. Baling-baling tersebut membuat kapal tunda mampu menjaga stabilitas di tengah lautan. (Baca: Musibah Air Asia Sebabkan Remaja Ini Sebatang Kara)
Hasilnya, para penyelam yang sudah lama menunggu berhasil diangkut Senggora Escort ke KRI Banda Aceh yang berada di pusat pencarian AirAsia. Senggora juga menjemput jasad korban dan parasut tangga darurat yang belakangan ditemukan kapal Malaysia, KD Hang Lekir. Ocean Raider pun berhasil menjemput dua jasad korban dari dua kapal perang milik TNI AL, KRI Yos Sudarso dan KRI Hasanuddin.
EVAN KOESUMAH | PDAT SUMBER DIOLAH | BC
Berita Berita Lainnya
KNKT Perlu Selidiki Buku Panduan Darurat Air Asia
Pertamax, Sekarang Rp 8.800 per Liter
Riset Jaringan 5G, Huawei Belanja Rp 7,2 Triliun
Toilet Kota Tua Dikeluhkan, Jorok dan Pesing
Cara Pemkot Surabaya Hibur Keluarga Korban Air Asia