TEMPO.CO, Jakarta - Bagi orang Betawi zaman dulu saat akan berpelesir atau piknik wajib membawa lontong piknik. Sebuah menu sejenis arem-arem namun bentuknya lebih besar. "Orang tua zaman dulu nyebutnya udah kayak bawa orok (bayi), saking gedenya," kata sejarawan Betawi, JJ Rizal, saat berada di Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta, Ahad, 25 Januari 2015.
Ukuran yang besar dan padat gempal ini dilengkapi pula dengan isi. Biasanya di dalamnya sudah ada daging cincang dan sayuran. Dan saat memakannya, tak perlu pakai sambal lagi karena bumbu-bumbu sudah berpadu dalam isi lontong. (Baca: Kelas-kelas Kuliner di Solo)
Selain membawa bekal lontong piknik, Rizal menambahkan, biasanya orang akan mampir ke toko Tan Ek Tjoan di Cikini. Yang dibeli di sana pun bukan cuma roti, karena toko yang sudah berdiri sejak 1921 ini juga menjual makanan lain seperti nasi uduk, ketan serundeng sebagai camilan.
Ada kekhasan lain yang biasa dibawa oleh masyarakat Betawi saat berpiknik yakni membawa pesor. Pesor adalah masih serupa lontong polos tanpa isi yang dibungkus daun patat. Polosnya pesor ini menjadikannya tak bisa disajikan sendiri begitu saja. Pesor biasanya juga disajikan bersama masakan berkuah atau serundeng. (Baca: Bir Jawa Berkhasiat Melangsingkan Tubuh)
Rizal lanjut menuturkan, kebiasaan yang dibentuk dengan makanan-makanan ini biasanya saling bertukar bekal. Bekal yang dibawa selama piknik pun harus habis dan jangan sampai ada yang dibawa pulang kembali. "Bawa bekal pas piknik ya mesti dihabiskan di tempat saat itu, masyarakat enggak ada lagi yang bawa bekalnya pulang," kata Rizal.
AISHA SHAIDRA
Baca berita lainnya:
Kolektor Kecap: dari Kecap Salemba sampai Tintin
Inilah Pemburu Kecap Nusantara
Referensi Berburu Gudeg di Yogyakarta
Menikmati Minuman Legendaris Chiew di Taman Bir