Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kusam dan telantar. Dua kesan ini langsung melekat ketika melihat Masjid Jami Sulaiman Al Hunaishil yang terletak di Gang Makam, Dusun Sempu, Desa Gadingkulon, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu lalu.
Delapan bulan telah berlalu sejak masjid itu disegel pemerintah daerah setempat karena dianggap dibangun tanpa izin. Atau, lebih tepatnya, masjid disegel setelah adanya penolakan warga gara-gara masjid itu diduga dijadikan pusat gerakan radikal sekelompok orang. Saat itu, Juli 2014, kelompok Ansharul Khilafah dideklarasikan di sana disertai pembaiatan alias pengucapan sumpah setia kepada imam atau pemimpin Negara Islam Irak dan Suriah, Abu Bakr al-Baghdadi.
Kini sepi membekap kawasan masjid—bukan semata-mata karena masjid bertetangga dengan sebuah kompleks pemakaman dan kebun tebu. “Sepi terus karena sudah hampir tak ada lagi yang mengunjungi,” kata Supriyanto, 52 tahun, warga setempat yang tinggal tak jauh dari bangunan masjid biru itu.
Nyata bukti ucapan itu karena bagian dalam masjid seluas 240 meter persegi itu penuh sekali dengan debu yang berteman dengan bekas tapak sepatu bertanah liat yang sudah mengering di lantai selasar masjid. Daun pintu utama masjid itu juga sudah copot satu.
Namun sudah hampir tak ada yang datang bukan berarti tak ada sama sekali. Supriyanto mengaku terakhir melihat dua pria berkunjung sekitar sebulan lalu. Seperti yang juga pernah terlihat sesekali sebelumnya, keduanya berkopiah dan berjanggut, serta mengenakan baju koko, sirwal (celana pria atau ikhwan) di atas mata kaki, dan bersandal. “Mereka memperhatikan bagian dalam masjid dan sekitar masjid,” katanya.
Supriyanto tidak bisa memastikan identitas mereka. Mungkin pengunjung yang penasaran dengan berita keberadaan “Masjid ISIS”, mungkin juga anggota kepolisian atau tentara yang ditugasi mengawasi masjid. “Tapi yang pasti bukan perangkat desa dan kecamatan karena mereka masih bisa saya kenali,” ujar Supriyanto.
Secara terpisah, Bupati Malang Rendra Kresna menginginkan masjid tetap diawasi dengan ketat. “Jangan sampai ada lagi kegiatan seperti dulu yang bikin resah masyarakat. Apalagi sekarang muncul lagi kabar warga negara kita hilang di Turki,” kata Rendra, Senin lalu.
ABDI PURMONO
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini