Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Kegiatan fisik sering diabaikan dalam terapi autisme. Orang tua biasanya menekankan pada pelatihan anak autis mereka untuk berkomunikasi secara verbal, membangun kontak mata, dan bagaimana berperilaku dalam situasi sosial. Para ahli mengatakan bahwa olah raga berperan dalam memberikan kualitas hidup yang lebih baik untuk orang-orang dengan autisme.
Meghann Lloyd, seorang profesor ilmu kesehatan di University of Ontario, Kanada, mengatakan bahwa penting bagi anak-anak autis untuk aktif secara fisik "sehingga mereka dapat memperoleh semua keterampilan lain yang mereka butuhkan," menurut laporan dari Spectrum, sebuah berita dan situs pendapat ahli pada penelitian autisme.
Studi terdahulu menemukan bahwa selain dari meningkatkan keterampilan motorik, terapi autisme berbasis gerakan juga meningkatkan konsentrasi dan kemampuan komunikasi sosial, masalah perilaku, dan kinerja akademik.
Tidak ada kegiatan khusus yang bermanfaat bagi anak-anak autis. Latihan fisik seperti yoga, menari, dan robotikmemberikan dampak positif. Kegiatan fisik meningkatkan kemampuan interaksi sosial, komunikasi, dan kemampuan motorik, kata Anjana Bhat, seorang profesor biomekanik dan ilmu gerakan di University of Delaware.
Lloyd mengatakan bahwa latihan fisik mendorong anak autis untuk belajar peran sosial termasuk role-playing, komunikasi baik verbal dan non-verbal. Pribadi anak autistik memiliki kesulitan berinteraksi, bermain, atau berhubungan dengan orang lain.
Mereka juga cenderung tidak tertarik bermain peran, menurut CDC, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika, orang dengan autisme biasanya lebih memilih menyendiri.
Gerakan dasar seperti berjalan, duduk, atau berguling bisa dipelajari oleh anak-anak autis dari waktu ke waktu, tapi latihan rekreasi dan olah raga yang dikoordinasikan adalah hal yang berbeda. Lebih dari 80 persen anak-anak dengan autisme memiliki waktu yang sulit dalam gerakan terkoordinasi dan berorientasi sosial seperti berlari, melompat, dan menendang dan menangkap bola.
Hal ini mendorong individu autistik tidak berani mencoba terlibat dalam kegiatan olah raga sama sekali. Mereka juga khawatir bahwa mereka tidak mengetahui aturan permainan.
Dr. Stephen M. Edelson, direktur Autism Research Institute, mengatakan olah raga berat menurunkan risiko orang autis dari stereotip perilaku (self-stimulasi), agresi, hiperaktif, merusak, dan cedera diri. Aktifitas fisik selama 20 menit atau latihan aerobik tiga sampai empat hari seminggu.
Rutin latihan juga membantu anak-anak autis terhindar dari obesitas atau kelebihan berat badan. Aktifitas fisik juga mengurangi stres, kecemasan, dan risiko depresi.
Selain itu, aktifitas fisik yang rutin meningkatkan kualitas tidur, memori, dan waktu reaksi. Edelson menyarankan para orang tua dan guru untuk menggabungkan program latihan yang ketat untuk Program Pendidikan Individual anak-anak (IEP).
PARENTHERALD | DINA ANDRIANI
Baca juga:
Menelisik Apa Penyebab Autisme dan Tanda-tandanya
Terapi Berkuda bagi Anak Autisme
Sambutan dan Pelukan Anak Pelepas Lelah
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini