Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Denny Indrayana Sebut Film Dirty Vote Penegasan Penolakan Terhadap Prabowo-Gibran

Denny Indrayana mengatakan film dokumenter Dirty Vote ini sekaligus menguatkan keresahan publik sejak lebih dari satu tahun belakangan.

13 Februari 2024 | 16.01 WIB

Pakar Hukum Tata Negara, Denny Indrayana, saat konferensi pers di Banjarmasin atas gugatan Almas Tsaqibbiru, Minggu 4  Februari 2024. Denny Indrayana digugat Rp 500 miliar oleh Almas Tsaqibbiru di PN Banjarbaru.  TEMPO/Diananta P. Sumedi
Perbesar
Pakar Hukum Tata Negara, Denny Indrayana, saat konferensi pers di Banjarmasin atas gugatan Almas Tsaqibbiru, Minggu 4 Februari 2024. Denny Indrayana digugat Rp 500 miliar oleh Almas Tsaqibbiru di PN Banjarbaru. TEMPO/Diananta P. Sumedi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Pakar hukum tata negara Denny Indrayana menyebut film dokumenter Dirty Vote garapan sutradara Dhandy Laksono belum bisa berdampak terhadap elektoral. Menurut dia, dampak utama dari tayangan Dirty Vote adalah penegasan penolakan terhadap pasangan calon nomor urut 02, Prabowo-Gibran.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

"Tetapi untuk menjadi faktor yang mengubah preferensi pemilih, khususnya di kelas menengah ke bawah yang menjadi basis pemilih paslon gemoy, yang telah sukses disuap dengan penyimpanan anggaran bantuan sosial, sehingga berdampak elektoral, rasa-rasanya masih sulit untuk terjadi," katanya dalam keterangan tertulis, dikutip TEMPO pada Selasa, 13 Februari 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Denny mengatakan film dokumenter Dirty Vote ini sekaligus menguatkan keresahan publik sejak lebih dari satu tahun belakangan. Mulai dari cawe-cawe Presiden Joko Widodo alias Jokowi yang berbahaya, Pilpres akan dibajak oleh kepentingan dinasti dan oligarki, hingga Presiden Jokowi layaknya dimakzulkan karena sudah patut diduga korupsi dan mengkhianati negara.

"Seandainya kesadaran dan penolakan itu bersama-sama disuarakan setahun yang lalu, mungkin saja dampaknya berbeda," ujarnya. Namun, katanya, sebagian masyarakat baru siuman dari pingsan atas keimanannya pada Jokowi. 

Denny Indrayana menilai kesadaran dan reaksi publik atas topeng Jokowi memuncak saat terbit putusan Mahkamah Konsitusi atau MK 90 yang diketuai oleh Anwar Usman. Anwar Usman meloloskan kemenakannya Gibran Rakabuming Raka, menjadi cawapres mendampingi Prabowo Subianto. "Putusan itu yang lebih membongkar topeng plang-plongo Jokowi, beberapa kita tersadar dan bereaksi bahwa Jokowi bukanlah kita," ujarnya.

Denny juga mengapresiasi film dokumenter yang menampilkan tiga pakar hukum tata negara Feri Amsari, Bivitri Susanti, dan Zainal Arifin Mochtar. Menurut dia, dokumenter berdurasi hampir dua jam ini bisa mendorong diskusi publik yang lebih mendidik terhadap kecurangan Pemilu 2024. 

"Dengan demikian, perpaduan antara karya apik, para pemain yang kredibel, timing, isu yang seksi, menjadi adonan lezat," kata Denny.

Meski begitu, ia menilai tidak ada yang mengejutkan dan istimewa dengan Dirty Vote, kecuali tingkat keberanian Dandhy Laksono dan kru, beserta Feri Amsari, Bivitri Susanti, dan Zainal Arifin Mochtar. "Sehingga semestinya perlu ditanggapi lebih cool saja, tidak reaktif, oleh Paslon 02 khususnya," ucapnya.

Novali Panji Nugroho

Lulus dari Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Bergabung dengan Tempo pada September 2023. Kini menulis untuk desk Nasional, mencakup isu seputar politik maupun pertahanan.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus