Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KERETA rel listrik (KRL) kelas ekonomi itu berhenti di jalur 2 Stasiun Bekasi, persis saat azan magrib merayapi langit. Ribuan penumpang mendadak dimuntahkan oleh gerbong-gerbong kereta berwarna kuning kusam. Wajah-wajah layu para penglaju bertemu dengan dengus letih kereta tua jurusan Jakarta-Bekasi tersebut. Seorang penumpang, sebut saja namanya Sri, 29 tahun, melangkah gontai. Ia baru pulang belanja dari Pasar Tanah Abang. ”Saya pelanggan setia KRL sejak masih sekolah menengah,” kata pemilik usaha konveksi di Bekasi Timur itu. Ia rutin pergi ke Tanah Abang untuk belanja bahan atau bertemu pelanggan. Naik KRL, ”Murah dan hemat waktu,” katanya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo