Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Infeksi Layanan Kesehatan Sebab Utama Kesakitan dan Kematian

Hospital Acquired Infection (HAI) yang tersebar melalui kuman, telah menjadi penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian.

7 Juni 2015 | 22.00 WIB

Seorang pria menggunakan masker saat dirawat di rumah sakit karena menderita tuberculosis di Srinagar, India, 23 Maret 2015. India memiliki tiga juta orang terinfeksi TB dan perkiraan 99.000 kasus TB yang resistan terhadap obat setiap tahunnya. Yawar Nazi
Perbesar
Seorang pria menggunakan masker saat dirawat di rumah sakit karena menderita tuberculosis di Srinagar, India, 23 Maret 2015. India memiliki tiga juta orang terinfeksi TB dan perkiraan 99.000 kasus TB yang resistan terhadap obat setiap tahunnya. Yawar Nazi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Infeksi terkait pelayanan kesehatan atau yang biasa disebut Hospital Acquired Infection (HAI) yang tersebar melalui kuman, telah menjadi penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian.


Berdasarkan data WHO, secara global 10 persen pasien rawat inap menderita infeksi ini di Indonesia sebesar 9,8%, dan bahkan menyebabkan 1,4 juta kematian setiap hari di seluruh dunia.


Di rumah sakit, HAI dapat menular dengan mudah melalui interaksi langsung maupun tidak langsung atau kontak fisik dan udara antara petugas medis kepada pasien, pasien satu kepada pasien lain, maupun pasien kepada pengunjung.


Head of Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia, Sutoto mengatakan meski sebenarnya HAI dapat dicegah secara sederhana, yakni membiasakan mencuci tangan dengan benar di lima saat penting.


Kebersihan tangan di lima saat penting yakni mencakup, 1) sebelum menyentuh pasien; 2) sebelum melakukan tindakan bersih/aseptik; 3) setelah terkena cairan tubuh pasien; 4) setelah menyentuh pasien; dan 5) setelah menyentuh benda-benda di sekeliling pasien.


Tak hanya itu, penanggulangan infeksi terkait pelayanan kesehatan juga harus didukung kondisi eksternal yang higienis. Rumah sakit harus menjaga kebersihan lingkungannya agar terbebas dari debu dan kotoran. Perlu diingat bahwa sekitar 90% dari kotoran kasat mata mengandung kuman yang kemudian berpotensi memicu angka infeksi terkait pelayanan kesehatan yang berlangsung di rumah sakit atau yang biasa disebut.


“Penelitian terkini dalam Journal of Environmental Research and Public Health, menunjukkan cuci tangan pakai sabun mampu menghilangkan 92% organisme atau penyebab penyakit infeksi di tangan,” katanya dalam jumpa media Kampanye kolaborasi PERSI dan KARS bersama Lifebouy ‘Sehat Ada di Tangan Kita” di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Kamis 4 Juni 2015.


Sutoto menambahkan dengan kampanye ini diharapkan bisa memberi gaung lebih besar sehingga kesadaran masyarakat terhadap infeksi terkait pelayanan kesehatan semakin tinggi dan risiko terjangkit pun bisa dihindari.


Upaya ini diiringi dengan rangkaian edukasi peningkatan kesadaran tentang HAI dan tindakan pencegahan praktisnya. Selain itu dalam kesempatan yang sama juga diluncurkan “Buku Panduan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan Khusus Kebersihan Tangan” yang akan didistribusikan ke sejumlah besar instansi rumah sakit di Indonesia untuk memudahkan dan memperluas jangkauan sebaran edukasi.


Social and Professional Marketing PT Unilever Tbk, Grace Cielia mengatakan melalui kemitraaan bersama PERSI dan KARS serta kampanye ini, Lifebuoy memperkuat kredibilitasnya sebagai produk yang digunakan dan direkomendasikan para dokter untuk membantu mengurangi angka HAI.


Harapan kami, inisiasi ini bisa memberi kontribusi positif sehingga seluruh elemen di rumah sakit, baik petugas, pasien maupun pengunjung mampu mengembalikan sikap mental yang benar dalam memperkecil penyebaran HAI. Salah satunya membiasakan diri dan meneruskan informasi mengenai pentingnya tindakan pencegahan sederhana berupa cuci tangan pakai sabun di bawah air mengalir.


“Selain apa yang kami hadirkan hari ini, kami telah menyusun rencana dan akan menyebarkan Program ‘Sehat Ada di Tangan Kita’ di lima kota besar di Jawa, yaitu Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Bandung, dan Semarangagar tujuan kampanye ini tercapai dan semakin meluas. Sehingga diharapkan ke depan angka kejangkitan HAI ini dapat berkurang secara signifikan dan segera,” ujar Grace.


BISNIS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saroh mutaya

Saroh mutaya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus