Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Kalla: Turunnya Daya Beli Bikin Pertumbuhan Ekonomi Melambat  

Pertumbuhan ekonomi kuartal I/2015 hanya berada di level 4,71 persen, atau menurun dari periode sebelumnya.

5 Mei 2015 | 18.52 WIB

Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla berpidato saat pembukaan acara Tropical Landscape Summit 2015 di Jakarta, 27 April 2015. Acara ini bertujuan membahasan peluang investasi masa depan Indonesia yang peduli terhadap lingkungan. TEMPO/Wisnu Agung Prasety
Perbesar
Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla berpidato saat pembukaan acara Tropical Landscape Summit 2015 di Jakarta, 27 April 2015. Acara ini bertujuan membahasan peluang investasi masa depan Indonesia yang peduli terhadap lingkungan. TEMPO/Wisnu Agung Prasety

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, melemahnya pertumbuhan ekonomi hingga 4,71 persen pada kuartal I disebabkan karena menurunnya daya beli masyarakat.

"Ya itu kan sejak awal sudah disampaikan, penurunan daya beli akan berimbas. Itu pasti," kata Kalla, ditemui di kantornya, Selasa, 5 Mei 2015. Untuk itu, pemerintah akan membangun fasilitas bagi masyarakat dengan kredit jangka panjang untuk kembali menggenjot daya beli. "Misalnya program sejuta rumah."

‎Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2015 sebesar 4,71 persen. Angka ini turun 0,5 persen dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada periode yang sama tahun lalu yang mencapai 5,21 persen.

“Jika dibandingkan dengan kuartal IV 2014, angka pertumbuhan ekonomi turun 0,18 persen,” kata Kepala BPS Suryamin.

Adapun Kepala Kantor Staf Kepresidenan Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, pelemahan terjadi karena pemerintah masih melakukan proses konsolidasi pada enam bulan pertama. ‎Sebab lain adalah kondisi ekonomi global yang sedang lesu. 

Namun di‎a yakin pada kuartal tiga dan empat mendatang, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih baik. ‎Apalagi dana untuk warga kurang mampu juga sudah cair. "Mungkin pertumbuhan ekonomi tidak sampai 5,8 persen tapi sekitar 5,4 atau 5,6 persen," kata Luhut. 

Selain itu, pemerintah juga akan mengucurkan dana desa sebesar Rp 60 triliun. "Dana Rp 29 triliun untuk jalan sudah cair, untuk perhubungan Rp 45 triliun juga," kata dia. ‎Apalagi beberapa proyek mulai dikerjakan pada kuartal ini. Modal tersebutlah yang menurutnya bisa menjadi sinyal positif membaiknya perekonomian Indonesia. Apalagi, penerimaan pajak juga cenderung membaik. 

Kendati mayoritas kinerja perusahaan nasional mengalami perlambatan, Kalla itu tetap optimis bisa mencapai pertumbuhan ekonomi 2015 sesuai target 5,7 persen. 

Kepala BPS Suryamin menjelaskan melambatnya pertumbuhan ekonomi sejumlah negara yang menjadi mitra dagang Indonesia turut berdampak pada produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Seperti Cina yang merevisi proyeksi pertumbuhan ekonominya dari 7,4 persen menjadi 7 persen, dan Singapura yang mengalami perlambatan ekonomi dari 4,9 persen menjadi 2 persen. 

FAIZ NASHRILLAH‎

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saroh mutaya

Saroh mutaya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus