Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dosen Planologi Institut Teknologi Bandung Deny Zulkaedi mengingatkan Pemerintah Kota Bandung agar berhati-hati memilih Gede Bage sebagai kawasan Bandung Technopolis. Sebab, kondisi tanah Gede Bage tak terlalu bagus untuk dibangun kawasan permukiman.
"Muka air tanahnya tinggi. Harus hati-hati buat konstruksi," kata pria yang ikut dalam studi pengkajian kawasan Gede Bage tahun 2006 ini. Selain itu, kata Denny, Gede Bage merupakan daerah tempat bermuaranya air sungai sehingga rawan banjir.
Dia juga pesimistis Pemkot Bandung dan perusahaan lainnya dapat membangun Bandung Technopolis di lahan seluas 800 hektar. Alasannya, kata dia, sisa lahan Gede Bage saat ini tinggal 729 hektar. "Itu pun yang bisa dipakai hanya 500 hektar karena di sana ada Pertamina, Polisi Daerah Jawa Barat, dan beberapa perusahaan lain."
Pemerintah Kota Bandung akan membangun Bandung Technopolis yang merupakan kawasan industri berbasis teknologi tinggi. Bandung Technopolis direncanakan berdiri di atas lahan seluar 800 hektare.
Sejumlah perusahaan properti telah mengantongi izin untuk mengembangkan kawasan tersebut, di antaranya adalah PT Summarecon. Saat ini menurut Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bandung Kamalia Purbani, PT Summarecon masih mengurus izin analisis mengenai dampak lingkungan.
Summarecon berencana membangun komplek perumahan di atas lahan seluas 300 hektare di Gede Bage. Menurut Kamalia, lahan milik Summarecon adalah yang terbesar di kawasan tersebut. Selain Summarecon dan Pemkot Bandung, di lahan tersebut terdapat stakeholder lainnya, seperti PT Adipura.
Studi terakhir yang dilakukan oleh Pemkot Bandung terhadap kawasan Gede Bage dilakukan pada 2006. Pengkajian itu mengenai dampak lingkungan hidup, lingkungan sosial, dan cara menanggulangi dampak pembangunan di sana.
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengatakan Summarecon telah mengantongi Amdal. "Kalau dia (Summarecon) mau launching, seharusnya sudah ada Amdal. Jadi tanyakan ke Sumarecon saja," ujarnya saat ditemui di tempat yang sama.
Dia mengimbau masyarakat agar tak skeptis melihat pembangunan tersebut. "Bukan Technopolis bekerja sama dengan Summarecon. Kebetulan Summarecon menjadi stakeholder pemilik tanah terbesar," ujar dia. Adapun Pemkot Bandung hanya menguasai tanah sekitar 50 hektar saja.
Kawasan Bandung Technopolis diyakini Emil, sapaan akrab Ridwan, akan menjadi lokasi berkumpulnya perusahaan asing terkemuka, seperti Google dan Microsoft. Namun saat ini, kawasan tersebut belum disentuh. Sebagian besar lahan seluas 800 hektar itu masih berupa sawah.
PERSIANA GALIH
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini