Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Pemerintah Akan Beri Royalti Bagi Pencipta Hymne Guru

Sartono, pencipta Hymne Guru, sedang sakit keras dan hanya dapat Rp 750 ribu dari karyanya.

1 November 2015 | 04.30 WIB

Sejumlah guru-guru se-Jakarta mengikuti upacara memperingati Hari Ulang Tahun Guru dan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) di Jakarta. Sebanyak 3.500 guru siap dikirim ke pelosok.[TEMPO/STR/Dian Triyuli Handoko; DH2014112409](Komunika Online)
Perbesar
Sejumlah guru-guru se-Jakarta mengikuti upacara memperingati Hari Ulang Tahun Guru dan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) di Jakarta. Sebanyak 3.500 guru siap dikirim ke pelosok.[TEMPO/STR/Dian Triyuli Handoko; DH2014112409](Komunika Online)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO , Madiun: Inspektur Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Daryanto mengapresiasi lagu Hymne Guru yang diciptakan Sartono, 79 tahun, asal Kota Madiun, Jawa Timur.

Menurut dia, lagu tersebut mampu mendukung para pelaku di dunia pendidikan. ‘’Komunitas pendidikan seperti guru, siswa untuk belajar yang menjadi jembatan bagi Indonesia lebih maju,’’ kata Daryanto usai menjeguk Sartono yang tengah dirawat di ruang ICU Rumah Sakit Umum Kota Madiun, Sabtu, 31 Oktober 2015.

Karena itu, ia melanjutkan, Kementrian memiliki akan memberikan penghargaan kepada Sartono yang telah menciptakan Hymne Guru. Penghargaan itu di antaranya pemberian royalti dan menerbitkan surat keputusan tentang pengangkatan Sartono sebagai PNS. ‘’Kami akan sampaikan dulu ke Pak Menteri (Anies Baswedan),’’ ucap Daryanto.

Tiwi, adik ipar Sartono, mengatakan bahwa selama ini pencipta lagu Hymne Guru tidak pernah menerima royalti dari karyanya. Hadiah berupa uang tunai sebanyak Rp 750 ribu hanya diterima sekali saat lagu tersebut memenangkan lomba peringatan Hari Guru pada tahun 1980. Adapun judul aslinya Hymne Guru, Pahlawan tanpa Tanda Jasa.

Menurut Tiwi, lagu tersebut diciptakan Sartono karena terinspirasi perjuangan seorang guru yang hidup dalam keterbatasan ekonomi. ‘’Guru yang menjadi inspirasi itu teman istrinya (Ignatia Damijati). Guru itu memiliki lima anak dan terpaksa mengamen untuk memenuhi kebutuhan hidup,’’ ujar Tiwi kepada Tempo.

Disinggung tentang karir Sartono, dia mengatakan bahwa kakak iparnya itu hanya bekerja sebagai guru honorer. Dia mengajar seni musik dengan status honorer di SMP Katolik Santo Bernadus, Kota Madiun
pada 1978. ‘’Beliau juga pemain musik keroncong,’’ kata Tiwi.

Ia menambahkan, aktivitas berkesenian Sartono mulai memudar tiga tahun terakhir. Sebab, ia sudah didera pikun bahkan tak mampu lagu mengingat lirik lagu Hymne Guru yang diciptakan.

Bahkan sejak Selasa, 20 Oktober 2015, Sartono harus tergolek lemah di Rumah Sakit Umum Kota Madiun karena mengalami komplikasi di antaranya gejala stroke, jantung kencing manis, dan penyumbatan pembuluh darah di otak.

NOFIKA DIAN NUGROHO


Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Untung Widyanto

Untung Widyanto

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus