Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Sejumlah perusahaan logistik berfokus menggarap segmen pasar UMKM.
Perusahaan logistik mulai merambah platform social commerce seperti TikTok Shop.
Pemerintah memanfaatkan maraknya bisnis ekspedisi untuk meningkatkan efisiensi logistik nasional.
JAKARTA — Ketatnya persaingan bisnis ekpedisi dan pos, terutama dalam penguasaan pasar dari platform lokapasar, menuntut perusahaan logistik untuk terus berinovasi. Berfokus ke segmen pasar tertentu juga menjadi strategi agar mereka bisa bertahan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu perusahaan yang menjalankan strategi tersebut adalah Ninja Xpress. Chief Marketing Officer Ninja Xpress, Andi Djoewarsa, mengatakan, perusahaan kini berfokus melayani segmen usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) yang menjadi penjual di platform lokapasar. “Kami menekankan prinsip sederhana, yaitu pertumbuhan UMKM akan memicu perkembangan logistik,” kata Andi kepada Tempo, kemarin, 24 September 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tak hanya dari segi jumlah, perusahaan menargetkan pertumbuhan skala konsumen yang dilayani. Dari semula masih merupakan seller kecil menjadi menengah, kemudian besar, hingga dapat melakukan ekspansi secara nasional dan global. Andi mengatakan, satu inisiatif Ninja Xpress yang terus dipacu adalah program Ninja Xpress Seller Booster, yang berupa layanan tambahan untuk membantu setiap tahapan bisnis UMKM.
Dari sisi layanan, pada akhir tahun lalu, Ninja Xpress memperluas cakupan wilayah operasi. Setelah melayani berbagai platform lokapasar, perusahaan juga mulai merambah ke e-commerce berbasis media sosial alias social commerce, seperti TikTok Shop. Kemudian, pada tahun ini, perusahaan meluncurkan aplikasi Ninja Biz, dengan opsi pembayaran setelah pengiriman paket.
Strategi membina pelaku UMKM sekaligus menjaga loyalitas mereka sebagai konsumen juga diterapkan oleh PT Sicepat Ekspres Indonesia. Upaya itu dilakukan untuk terus mempertahankan pertumbuhan kinerja pengiriman paket yang mayoritas bersumber dari e-commerce. Chief Marketing SiCepat, Wiwin Dwi Herawati, mengatakan bahwa perusahaan memiliki sekitar 3.000 member loyal yang berkontribusi secara volume maupun pendapatan yang cukup besar, serta pelanggan sebanyak 6 juta penjual di platform e-commerce.
“Kami membantu seller membuat foto dan video produk dengan kualitas profesional. Kami juga menyediakan perlengkapan pengiriman paket gratis bagi pelanggan loyal,” ujar Wiwin. Adapun sebanyak 92 persen pelanggan SiCepat merupakan seller di e-commerce, diikuti 6 persen seller di social commerce, dan sisanya pelanggan business to business. “Kami sadar bahwa SiCepat Ekspres dibesarkan oleh seller online UMKM.”
Untuk melayani segmen UMKM, SiCepat mengusung program Sanubari atau Siap Bangkit untuk Negeri sejak 2022. Program itu merespons kesulitan seller yang pada masa pandemi mengalami penurunan omzet. Wiwin mengatakan, program itu berupa pemberian pelatihan, pendampingan, bahkan dukungan pendanaan bagi para pelanggan. “Salah satunya kami membuat kompetisi business plan.” Kemudian SiCepat juga membantu memproduksi material pemasaran, seperti foto dan video produk dengan kualitas profesional, membangun rumah produksi, serta dukungan operasional lainnya.
Dari sisi layanan, kata Wiwin, perusahaan terus berupaya meningkatkan jumlah sumber daya manusia dan infrastruktur. Saat ini, mereka memiliki lebih dari 18 ribu karyawan dan mitra, dengan lebih dari 1.500 gerai first mile dan last mile, 80 titik sortasi, 21 titik line haul, 2.700 titik drop point bersama, serta lebih dari 2.000 unit van dan truk. Strategi ini diklaim berhasil mendorong pertumbuhan bisnis perseroan secara signifikan. “Secara bisnis, terdapat peningkatan hingga 30 persen hingga awal kuartal keempat 2023, dibanding periode yang sama tahun lalu,” ujarnya.
Pekerja mengangkat paket di gudang SiCepat, Jakarta. TEMPO/Tony Hartawan
Mendorong Efisiensi Logistik
Di tengah ketatnya persaingan antar-perusahaan jasa logistik, pemerintah justru mendorong agar setiap entitas berkolaborasi untuk mengakselerasi pertumbuhan industri secara keseluruhan. Direktur Pos Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi, Gunawan Hutagalung, mengungkapkan, satu upaya yang dilakukan adalah penguatan jaringan infrastruktur serta kerja sama antar-pelaku usaha. “Saat ini banyak penyelenggara pos berposisi jadi mitra perusahaan lain dengan konsep third party," katanya.
Dia mencontohkan, ketika penyelenggara pos menjalankan kontrak bisnisnya dengan konsumen, mereka dapat menggunakan sesama pelaku bisnis ekspedisi untuk mendorong kelancaran usaha. Terlebih, potensi yang dimiliki industri ini masih sangat besar dengan tren jumlah kiriman yang terus meningkat dari waktu ke waktu. “Industri logistik terus bertumbuh. Saat ini pada kisaran 10 persen,” kata Gunawan.
Pemerintah juga berupaya meningkatkan kinerja logistik nasional dengan beragam kebijakan. Salah satunya adalah mengimplementasikan National Logistics Ecosystem (NLE) untuk mendorong sinergi dan kolaborasi sistem informasi antar-instansi dan pelaku usaha demi untuk meningkatkan efisiensi logistik nasional. Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah mendukung perluasan implementasi NLE pada 32 pelabuhan laut dan enam bandara pada tahun ini.
Berdasarkan hasil evaluasi, implementasi NLE diklaim sudah memberikan dampak positif. Antara lain dalam penerapan single submission pabean karantina (SSm QC) yang mendorong efisiensi waktu hingga 22,37 persen. Sistem itu tercatat mampu menghemat biaya hingga 33,48 persen atau mencapai Rp 191,32 miliar.
“Secara keseluruhan, biaya logistik nasional telah menurun pada 2022 ke level 14,29 persen,” ujar Airlangga. Dia mengatakan, pemerintah mendorong kolaborasi antar-pemangku kebijakan agar penguatan logistik dan rantai pasok nasional tidak terbatas hanya pada integrasi sistem, tapi juga infrastruktur dan sumber daya manusia. “Ke depan, kami berharap ada sinergi dan koordinasi efektif antardaerah di Indonesia.”
EFRI RITONGA | GHOIDA RAHMAH
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo