Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Tidak cuma demi sehat dan berotot, ada pula yang latihan street workout untuk persiapan masuk tentara.
Butuh ketekunan dan waktu yang cukup lama untuk bisa mempelajari teknik yang sulit.
Gerakan-gerakan street workout menyenangkan sehingga tak membosankan dan bisa menjadi konten media sosial.
Belasan remaja berseragam pramuka meriung di salah satu pojok Taman Merdeka, Depok, Jawa Barat, pada Rabu siang, 8 November lalu. Mereka memenuhi area yang terdapat palang besi atau pull-up bar. Layaknya tempat gym, ada yang bergantungan, melakukan pull-up dan push-up, bahkan ada pula yang mengangkat barbel buatan dari kaleng cat yang diisi semen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Satu di antara remaja sekolah menengah pertama itu adalah Bagus Saputra. Ia tampak serius melakukan gerakan Australian pull-up. Posisinya seperti berbaring sambil kedua tangannya menggenggam bar. Ia mengangkat tubuhnya ke atas, lalu mendorong ke bawah. Gerakan kalistenik ini ia ulang berkali-kali. "Saya ingin body building, membangun massa otot," kata pelajar kelas IX ini kepada Tempo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bagus punya cita-cita ingin menjadi tentara. Karena itu, pemuda 14 tahun tersebut mempersiapkan diri sejak dini dengan mengikuti rangkaian latihan fisik. Salah satunya memperkuat otot dada dan lengan. Latihan street workout atau kalistenik ini ia lakukan rutin setelah pulang sekolah bersama teman-temannya.
Selain Bagus, Miftahudin, yang juga duduk di bangku SMP, memanfaatkan waktu pulang sekolah untuk menjajal street workout atau olahraga luar ruangan dengan metode kalistenik. Pemuda asal Tangerang ini biasa berlatih di Lapangan Ahmad Yani, Tangerang, Banten, bersama anggota komunitas Calisthenics Street Workout Anak Tangerang (SWAT). Gerakan dasar yang sering ia lakukan adalah push-up, sit-up, squat, jumping jack, dan pull-up. Tujuannya semata ingin memiliki badan yang sehat dan bagus.
Street workout merupakan olahraga yang identik dengan metode kalistenik. Olahraga ini umumnya dilakukan di luar ruangan, seperti taman-taman dengan fasilitas kalistenik, misalnya pull-up bar dan dips bar. Sedangkan kalistenik adalah metode olahraga yang menggunakan berat tubuh praktisinya sebagai beban.
Pelajar, Bagus Saputra (kiri kedua), berlatih di Taman Merdeka, Depok, Jawa Barat, 8 November 2023. TEMPO/ Nita Dian
Pegiat kalistenik sejak 2017, Habib Nahyal Huda, mengatakan olahraga ini dulunya banyak diikuti pelajar SMA, mahasiswa, dan pekerja. Namun, dalam beberapa tahun belakangan, sudah banyak pelajar SMP yang ikut berlatih. Di base camp komunitas Street Workout Depok, misalnya, minimal ada belasan pelajar menengah pertama, termasuk Bagus, yang rutin menggunakan fasilitas pull-up bar di Taman Merdeka. Mereka rutin berlatih setiap Senin-Jumat mulai pukul 13.00.
Ketua Asosiasi Kalistenik dan Street Workout Indonesia (AKSI) Teuku Aufra Maretto mengatakan, selain banyak anak muda yang mulai rutin berlatih, bermunculan atlet kalistenik Tanah Air seiring dengan kompetisinya yang menjamur di tingkat lokal hingga internasional. "Hadiahnya pun semakin besar. Banyak atlet Indonesia yang berani turun di kompetisi internasional," ujarnya.
Baru-baru ini, kata Aufra, sejumlah atlet kalistenik Indonesia berlaga dalam kompetisi Calisthenics Carnival 2023 di Johor, Malaysia, pada 21-22 Oktober lalu. Tak sekadar ikut bertanding, beberapa di antaranya pun menjadi juara di sejumlah kategori lomba.
Di tingkat lokal, kejuaraan mini biasanya diadakan komunitas street workout di daerah. Salah satu kompetisi yang baru diadakan adalah Hustle Hard Bogor pada 22 Oktober di Lapangan Sempur, Kota Bogor, Jawa Barat. Mereka mengadakan kompetisi mini, jamming, dan fun game. Salah satu pesertanya adalah Habib Nahyal. Ia menjadi juara pertama untuk standing handstand terlama.
Rutin dan konsisten berlatih kalistenik membuat pemuda 25 tahun itu menjadi ahli handstand. Ia pernah mencatatkan rekor pribadi jalan dengan kedua tangannya di Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, sepanjang 920 meter dalam waktu 84 menit 40 detik. Ia juga berjalan handstand di lingkar luar GBK sejauh 1,1 kilometer dalam waktu 96 menit 29 detik. "Ini belum didaftarkan di MURI (Museum Rekor Dunia-Indonesia)," kata pemuda asal Depok itu.
Bukti melakukan handstand di GBK ini turut ia rekam dan unggah di YouTube. Ia juga mengadakan tantangan bagi pegiat kalistenik atau street workout yang bisa melewati catatan rekornya tersebut dengan iming-iming hadiah Rp 1 juta.
Menurut Habib, butuh ketekunan dan waktu yang cukup lama untuk bisa mempelajari teknik freestyle seperti handstand. Kuncinya adalah latihan dan repetisi gerakan-gerakan dasar. "Saya pribadi (berlatih) 2-3 bulan dari nol yang belum bisa sama sekali. Itu pun gerakannya belum sempurna," ujar lelaki yang berprofesi sebagai koki ini. Bentuk handstand sempurna baru didapat Habib setelah enam bulan latihan.
Komunitas Street Workout Bandung Addict berlatih di lapang Supratman, Bandung, Jawa Barat, 10 November 2023. TEMPO/Prima Mulia
Rizki Fadilah juga merasakan betul sulitnya mempelajari teknik handstand. Sebagai pemula yang baru dua bulan bergabung dengan komunitas Street Workout Bandung Addict, Rizki sempat ingin mundur pada masa awal latihan. Penyebabnya, setelah latihan push-up 15 kali, tangan dan dadanya sakit selama empat hari. "Karena dipaksa teman, akhirnya terus datang latihan lagi kalau enggak capek setelah kerja," kata pemuda 23 tahun asal Bandung itu.
Tantangan yang dialami Rizki adalah sulitnya mengatur waktu dan tenaga untuk latihan selepas pulang kerja. Namun, dari hasil latihan sejauh ini, ia mengaku badannya lebih sehat dan tangannya lebih kuat. Urusan mengangkat galon air, misalnya, terasa mudah. Selain itu, berat badannya ikut naik setelah latihan dua bulan, dari 43 menjadi 52 kilogram.
Rekan sekomunitasnya, Shobri, juga mengalami kenaikan bobot tubuh pada masa awal menjajal kalistenik. Menurut mahasiswa Politeknik Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung itu, peningkatan berat badan terjadi karena massa ototnya bertambah.
Sebaliknya, Randy Herawandani malah mengalami penurunan berat badan. Saat pertama kali bergabung dengan komunitas Calisthenics SWAT, berat badan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Tangerang itu mencapai 1 kuintal. Setelah dua bulan rutin berlatih, bobotnya turun 20 kilogram.
Instruktur Street Workout Anak Tangerang (SWAT) Randy Herawandani (kanan kedua) di Lapangan Ahmad Yani, Kota Tangerang, Banten, 10 November 2023. TEMPO/ Ayu Cipta
Bahkan kini instruktur gym di Bintaro itu sudah mencapai bobot ideal di angka 60 kilogram. Selain badan yang kekar, perutnya berbentuk six pack alias kotak-kotak.
Selama latihan kalistenik, Randy mengaku pernah mengalami cedera pada tiga tahun lalu. Lengannya patah dan nyeri saat melakukan gerakan pull-up. Namun cedera tak membuatnya kapok. "Justru saya semakin sehat. Apalagi berat badan turun drastis."
Tak hanya diikuti kaum pria, olahraga kalistenik juga aman diikuti kaum hawa. Tempo menjumpai Riska Sulityowati dan kawannya sesama pekerja di sebuah perusahaan makanan di Batuceper yang bergabung di Calisthenics SWAT. Baru dua bulan menjalani kalistenik, Riska mengatakan badannya semakin sehat.
Di bawah pelatihan langsung instruktur Ketua Calisthenics SWAT Jone Moris, dua gadis itu dengan rileks mengikuti sesi latihan, dari Australian pull-up, push-up, hingga squat. Gerakan dasar tersebut efektif melatih beberapa otot sekaligus, seperti otot kaki, punggung, dan bokong. Ada pula gerakan lunges untuk membakar kalori berlebih.
Teuku Aufra Maretto mengakui ada perubahan besar sejak olahraga kalistenik muncul dan berkembang hingga saat ini. Dulu mayoritas praktisinya lelaki, tapi kini banyak perempuan yang berminat. "Sekarang ini sudah banyak sekali praktisi dan coach kalistenik perempuan yang hebat-hebat," tuturnya.
Ketua Asosiasi Kalistenik dan Street workout Indonesia (AKSI) Teuku Aufra Maretto. Dok. Pribadi
Menurut Aufra, sisi menarik olahraga ini ialah beragamnya manfaat yang didapat, tergantung tujuan setiap praktisi. Namun, yang pasti, tujuan utama kebanyakan orang berlatih adalah punya badan bagus. Latihan rutin, ia menilai, akan meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot.
Apalagi, kata Aufra, gerakan-gerakannya juga menyenangkan dan banyak yang bisa dieksplor sehingga latihannya tidak membosankan. "Fotogenik pula. Gerakan-gerakannya bagus dan menarik untuk diunggah ke media sosial," ujar pelatih fitness tersertifikasi ini.
Dokter olahraga Andhika Raspati mengatakan street workout atau kalistenik yang masih ngetren saat ini menunjukkan adanya kesadaran masyarakat untuk membentuk badan. Meski berbeda-beda tujuannya, menurut dia, yang pasti kebiasaan positif ini membuat fisik bugar dan membentuk otot yang kuat.
Namun alumnus Universitas Indonesia itu mengingatkan bahwa olahraga apa pun mengandung risiko. Bila tekniknya tidak benar atau beban latihan terlalu berat, terburu-buru, dan mendadak, akibatnya bisa mengalami cedera. Untuk bisa melakukan gerakan-gerakan sulit, Andhika menyarankan untuk membiarkan tubuh menyesuaikan beban latihan secara perlahan.
"Jadi, untuk orang-orang yang baru mulai kemudian belum terlalu kuat badannya, ya jangan terburu-buru memasang target harus bisa gerakan-gerakan sulit. Semua butuh proses."
FRISKI RIANA | AYU CIPTA (TANGERANG) | ANWAR SISWADI (BANDUNG)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo