Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Digital

Baterai Gadget Ini Terisi Penuh dalam Satu Menit  

Peneliti Stanford University telah mengembangkan prototipe baterai aluminium-ion dengan pengisian super cepat.

7 April 2015 | 18.12 WIB

Prototipe baterai alumunium dikembangkan oleh peneliti di Universitas Stanford. mashable.com
Perbesar
Prototipe baterai alumunium dikembangkan oleh peneliti di Universitas Stanford. mashable.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Stanford - Jika ada satu masalah besar yang mengganggu smartphone, smartwatches, dan gadget lain yang kita gunakan setiap hari, itu adalah masa pakai baterai. 

Saat ini sebuah tim peneliti di Stanford University telah mengembangkan prototipe baterai aluminium-ion yang menawarkan beberapa perbaikan atas baterai lithium-ion yang ada, termasuk masa pengisian yang super cepat. Namun baterai ini masih memiliki kekurangan, yaitu tidak dapat menghasilkan tegangan yang cukup tinggi terutama setelah beberapa kali pengisian ulang. 

Prototipe yang dibuat para peneliti Stanford tersebut terdiri atas sebuah anoda aluminium dan katoda yang terbuat dari grafit. Kombinasi bahan ini memungkinkan untuk memproduksi tegangan yang cukup (sekitar 2 volt), bahkan setelah ribuan pengisian ulang.

Baterai ini dapat diisi ulang dalam satu menit, fleksibel alias dapat ditekuk menyesuaikan bentuk gadget, dan berpotensi murah karena aluminium lebih murah daripada lithium. Selain itu, bahan-bahannya lebih aman daripada baterai lithium-ion, yang dapat terbakar dalam situasi tertentu. Baterai aluminium-ion tidak akan terbakar, bahkan jika Anda membuat lubang saat baterai bekerja.

"Baterai kami memiliki segala yang Anda impikan dari sebuah baterai: elektroda murah, keamanan yang baik, pengisian kecepatan tinggi, fleksibilitas, dan siklus hidup yang panjang," ujar Hongjie Dai, seorang profesor kimia di Stanford yang memimpin penelitian, kepada Stanford News, sebagaimana dikutip Mashable, Selasa, 7 April 2015.

Ada satu masalah yang perlu diselesaikan sebelum baterai ini masuk ke produksi massal. Meskipun baterai tim Stanford menawarkan tegangan yang lebih tinggi daripada baterai berbasis aluminium lainnya, itu masih lebih rendah dari tegangan rata-rata baterai smartphone lithium yang biasanya 3,7 volt atau 4,2 volt.

Dia percaya masalah ini dapat diatasi. "Meningkatkan bahan katoda bisa meningkatkan tegangan dan kepadatan energi," katanya. Penelitian berjudul "An ultrafast rechargeable aluminum-ion battery" itu diterbitkan dalam edisi online jurnal Nature pada 6 April.

ERWIN Z. | MASHABLE


 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Erwin Prima

Erwin Prima

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus