Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Digital

Facebook Ungkap Teknologi Kabel Bawah Laut Terbarunya, Kapasitas 200 Kali Lipat

Facebook juga mengungkap inovasi teknologi konektivitas lain yang sedang dikembangkan dalam laboratoriumnya.

12 Oktober 2021 | 16.29 WIB

Sistem kabel bawah laut 2Africa milik Facebook yang meningkatkan hingga tiga kali lipat kapasitas jaringan kabel bawah laut yang melayani Afrika, Eropa, dan Asia. Foto/facebook
Perbesar
Sistem kabel bawah laut 2Africa milik Facebook yang meningkatkan hingga tiga kali lipat kapasitas jaringan kabel bawah laut yang melayani Afrika, Eropa, dan Asia. Foto/facebook

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Facebook menyatakan terus berinvestasi dalam peningkatan kabel fiber optik bawah laut dan memperluas jangkauannya. Setelah kabel bawah laut transoseanik terdiri atas 2 hingga 8 pasang fiber, terbaru Facebook mengumumkan sistem kabel bawah laut 24 pasang fiber transatlantik pertama yang akan menghubungkan Eropa dan Amerika Serikat. Kapasitas sistem kabel ini setengah petabyte per detik, setara dengan setengah juta gigabyte.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

“Kapasitas ini 200 kali lipat lebih tinggi dibandingkan kabel transatlantik yang dibuat pada awal 2000-an,” bunyi keterangan yang dibagikan Facebook, Senin 11 Oktober 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sistem kabel yang baru itu dibuat setelah Facebook sukses mewujudkan 2Africa Pearls, yakni kabel bawah laut yang menghubungkan Afrika, Asia, dan Eropa. Sebagai catatan, kabel fiber optik merupakan salah satu cara terbaik untuk menyediakan internet berkecepatan tinggi yang terjangkau karena kabel ini mampu membawa ribuan kali lebih banyak bandwidth dibandingkan dengan teknologi komunikasi lainnya.

“Sistem kabel 2Africa adalah yang terpanjang di dunia, yang membantu menghubungkan lebih dari tiga miliar orang,” kata Facebook.

Meski fiber memiliki potensi luar biasa untuk meningkatkan konektivitas, menurut Facebook, lebih dari 70 persen penduduk dunia masih tinggal pada jarak lebih dari 10 kilometer dari kabel fiber per 2019 lalu. Hal ini sebagian dikarenakan beberapa tantangan sulit yang tidak disadari mayoritas masyarakat, tetapi akan memberi dampak luar biasa jika dapat teratasi.

Tantangan itu meliputi medan berat seperti pegunungan atau gurun dan tingginya biaya operator untuk membangun kabel fiber di area pedesaan dengan tingkat populasi rendah. Selain itu juga kurangnya bahan dengan harga terjangkau yang tahan terhadap kondisi cuaca sulit seperti kecepatan angin yang tinggi hingga cuaca gurun yang panas.

Kabel optik bawah laut Marea milik Microsoft dan Facebook. Kredit: Microsoft/RUN Studios

“Karenanya, kami terus berinvestasi dalam peningkatan kabel fiber optik bawah laut dan memperluas jangkauannya sehingga kami bisa menghubungkan lebih banyak orang dengan lebih baik.”

Selain pengembangan kabel bawah laut bersama para mitranya tersebut, Facebook juga mengungkap inovasi teknologi konektivitas lain yang sedang dikembangkan dalam laboratoriumnya. Satu di antaranya adalah teknologi yang bisa menyuplai tenaga listrik ke rangkaian repeater sinyal yang ada di sepanjang kabel bawah laut.

Saat ini, kapasitas kabel bawah laut bergantung pada jumlah tenaga listrik yang bisa disalurkan dari tepi pantai ke rangkaian repeater yang dipasang di setiap 50 mil di sepanjang kabel tersebut. Sebagai contoh, kabel transatlantik yang dipasang membentang dari Eropa ke AS dengan panjang lebih dari 7.000 kilometer, dan semua repeater tersebut mendapatkan suplai listrik melalui kabel dari pantai. “Hal ini membuat kabel menjadi saluran tenaga yang sangat Panjang,” tulis Facebook.

Untuk mengatasi tantangan itu, para teknisi Facebook menggunakan buoy yang bisa menghantarkan listrik ke repeater dari tengah samudra. Mereka sedang menelusuri berbagai cara yang lebih berkelanjutan untuk melakukannya, diantaranya, dengan memanfaatkan kombinasi converter energi gelombang dan panel surya.

Dengan solusi itu, Facebook mengklaim mampu memajukan inovasi teknologi karena meningkatkan ½ petabyte per detik menjadi 5 petabyte per detik, “yang berarti kapasitasnya 10 kali lipat lebih banyak.”

Dalam hal kabel bawah laut pula, Facebook menyatakan terus berinovasi dan mengevaluasi lokasi dan cara kami memasang kabel. Mereka mencontohkan membuat alat pemodelan prediktif, model Atlantis. Tujuannya, membantu memperkirakan tempat yang diperlukan untuk merutekan kabel bawah laut demi memastikan ketersediaan jaringan ketika terjadi peristiwa tak terduga.

Menurut Facebook, dampak positif dari upaya itu telah dapat dirasakan berkat kemitraan yang dibangun. “Sebagai contoh, kabel Echo dan Bifrost kami mengandalkan mitra konsorsium lokal, seperti Keppel, Telin, dan XL Axiata,” kata raksasa media sosial ini sambil menambahkan, “Bersama-sama, kami berupaya meningkatkan kapasitas keseluruhan transpasifik hingga 70 persen.”

Dalam keterangan yang sama, Cynthia Perrett, Fiber Program Manager Facebook, menyatakan bahwa koneksi internet yang bisa diakses secara luas oleh individu dan pelaku bisnis terbukti membuat ekonomi berkembang. Ini seperti yang diamatinya di Nigeria dan Republik Demokrasi Kongo. Dia mencatat, setiap satu juta penduduk yang tinggal di area yang terhubung ke fiber, terdapat penambahan sebesar 78 ribu orang yang memperoleh pekerjaan.

Itu sebabnya pengembangan teknologi koneksi internet dilakukan Facebook bukan hanya di laut. Seperti dituturkan Dan Rabinovitsj, VP Facebook Connectivity, perusahaan ini mengembangkan teknologi robot bernama Bombyx untuk di darat. Bombyx tepatnya bergerak secara otonom di sepanjang saluran listrik dan membungkus fiber dengan kabel. Dengan begitu Facebook berharap mampu mengurangi secara signifikan biaya pemasangan kabel fiber optik bagi masyarakat.

Robot Bombyx yang dikembangkan Facebook untuk membungkus fiber menyelubungi saluran telepon yang ada, mengatasi rintangan, dan berada di posisi terbalik jika perlu untuk melintasi rutenya. Foto/Facebook

Di udara, Facebook mengembangkan Terragraph. Ini adalah teknologi tanpa kabel yang memancarkan internet berkecepatan gigabit untuk menghubungkan pengguna individu dan pelaku bisnis. "Melalui upaya membangun konektivitas ini, kami telah membantu lebih dari 300 juta orang mendapatkan akses ke internet yang lebih cepat, dan kami terus berupaya untuk memberikan konektivitas berkualitas tinggi dan terjangkau untuk miliaran orang di masa mendatang," kata Dan.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus