Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Tim mahasiswa dari Telkom University Bandung membuat purwarupa gelang untuk peringatan dini tsunami. Keseluruhan sistem perangkat utamanya terbagi menjadi empat bagian. Dari hasil uji coba sementara di laboratorium, sistemnya sanggup memenuhi harapan untuk penyelamatan nyawa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Alat seperti jam tangan itu dinamakan Gelora, singkatan dari gelang pendeteksian dini tsunami berbasis long range. Pembuatnya empat orang mahasiswa program studi S1 Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro, yaitu Yasyfa Rifiani Putri (ketua), Muhamad Ridwansyah, Nur Rizki Rahmatulloh, dan Reyhan Fajar Nasution. Mereka dibimbing dosen Harfan Hian Ryanu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tim yang terbentuk sejak Januari 2021 itu mulai menggarap purwarupa Gelora sejak Juli lalu setelah dinyatakan lolos seleksi ajang Program Kreativitas Mahasiswa. Dana risetnya sesuai usulan sekitar Rp 8 juta berasal dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.
“Latar belakangnya karena early warning system untuk tsunami di Indonesia cukup buruk,” kata Yasyfa, Kamis, 16 September 2021. Dia mencontohkan pendeteksi tsunami berupa Buoy di laut yang tidak berfungsi, hilang, atau rusak.
Sistem yang mereka bangun menggunakan tsunameter, gateway, server, dan gelang. Alat tsunameter akan dipasang di tepi pantai atau dermaga. “Jumlahnya menyesuaikan kondisi seperti panjang pantai dan daerah bahayanya,” ujar Yasyfa.
Sensor ultrasonik pada alat itu ditujukan untuk mengukur jarak penyurutan permukaan air laut dengan mengacu pada pertanda tsunami ke daratan, yaitu air laut menyusut pascagempa kuat dan menjauh dari pantai. Dalam kondisi seperti itu, sensor langsung mengirimkan informasi ke gateway. “Alatnya bisa dipasang jauh dari pantai dengan radius jangkauan 300 meter hingga 3 kilometer,” kata Yasyfa.
Pengiriman informasi dari sensor ke gateway menggunakan teknologi long range (LoRa). Di Indonesia, menurutnya, jalur gelombang khusus itu berada di frekuensi antara 921-923 MHz. Dari gateway diteruskan ke server thingspeak via Internet lalu dikembalikan lagi ke gateway. Peringatan dini tsunami selanjutnya disebarkan ke pemakai gelang Gelora lewat teks di layar LCD disertai bunyi nyaring. “Tulisannya, segera evakuasi,” ujar Yasyfa.
Selama tiga bulan pengerjaan di kampus, mereka terkendala untuk mengumpulkan data kondisi di lapangan dan uji coba alat karena pembatasan gerak akibat pandemi Covid-19. Tadinya tim berencana ke Pantai Pangandaran. Upaya uji coba sistem akhirnya dilakukan terbatas di laboratorium menggunakan akuarium ikan berukuran panjang 30 setinggi 15 sentimeter.
Volume air kemudian disurutkan oleh pompa, lalu dideteksi tsunameter. Uji coba itu dilakukan berulang hingga mencapai lima data kondisi penurunan air. “Setelah dirata-rata waktunya, proses sampai muncul peringatan dini tsunami itu selama 8,8 detik,” kata Yasyfa.
Setelah pengiriman laporan akhir ke panitia lomba PKM yang ditenggat 20 September, tim akan melanjutkan riset dan uji coba untuk menyempurnakan Gelora. Misalnya, mengukur gerakan penyurutan, dan kajian data lebih banyak untuk memasukkan parameter alat.
Pengembangan lainnya, yaitu menyelipkan sensor detak jantung agar jika pengguna Gelora menjadi korban akan mudah ditemukan regu penyelamat. Sistem juga akan diintegrasikan dengan aplikasi bergerak serta mitigasi bencana lainnya.