Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Digital

Microsoft: Pengintegrasian Teknologi AI Bantu Membalikkan Serangan Siber

Kecerdasan buatan (AI) memiliki kemampuan membantu para defender meningkatkan kemampuan dan sumber daya.

19 Oktober 2023 | 07.32 WIB

Panji Wasmana, National Technology Officer Microsoft Indonesia menjelaskan Microsoft Digital Defense Report di kantor Microsoft di Jakarta, 18 Oktober 2023. Foto: Tempo/Maria Fransisca Lahur
Perbesar
Panji Wasmana, National Technology Officer Microsoft Indonesia menjelaskan Microsoft Digital Defense Report di kantor Microsoft di Jakarta, 18 Oktober 2023. Foto: Tempo/Maria Fransisca Lahur

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Panji Wasmana, National Technology Officer Microsoft Indonesia, mengatakan pengintegrasian teknologi kecerdasan buatan (AI) ke dalam perlindungan siber pun akan membantu membalikkan gelombang serangan siber yang tengah meningkat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Menurut data yang Microsoft kumpulkan pada Juli 2022–Juni 2023 dan dibagikan melalui Microsoft Digital Defense Report 2023, lanskap ancaman siber kian berkembang dan merugikan pada skala besar.  “Serangan atau insiden keamanan siber terus berkembang belakangan ini,” kata Panji di kantor Microsoft, 18 Oktober 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dengan semakin canggihnya cara penjahat melancarkan serangan siber, kata Panji, cyber defender perlu semakin memperkuat postur keamanannya, salah satunya melalui adopsi teknologi AI. Kecerdasan buatan memiliki kemampuan membantu para defender meningkatkan kemampuan dan sumber daya melalui beberapa aspek, seperti deteksi, respons, dan perlindungan berbasis AI. 

Deteksi berbasis AI adalah kemampuan AI untuk memantau dan menganalisis volume data yang besar. Kemampuan ini dapat membantu tenaga ahli mengidentifikasi anomali, pola, dan indikator ancaman, serta mengumpulkan intelligence ancaman dengan lebih cepat. Kecerdasan buatan juga dapat membantu para defender mendeteksi ancaman yang belum dikenali.

Respons berbasis AI dilakukan para ahli, yaitu menggunakan AI untuk mengotomatisasi dan melengkapi proses respons insiden mereka, seperti membuat peringatan, menentukan prioritas tindakan, melakukan testing dan validasi akan tindakan, serta menerapkan langkah-langkah perbaikan. AI juga dapat memberikan informasi dan rekomendasi kontekstual sehingga membantu para ahli untuk merespons insiden lebih cepat dan lebih efektif.

Sementara perlindungan berbasis AI adalah para defender menggunakan AI untuk melindungi pengguna dan aset mereka dari serangan siber dengan menegakkan kebijakan, aturan, dan kontrol. AI juga dapat membantu para defender melindungi pengguna dengan memverifikasi data perilaku serta mencegah kebocoran atau ekstraksi data. Tak kalah penting adalah aspek edukasi yang dapat senantiasa dibantu oleh AI untuk menjunjung tinggi aspek keamanan dan resiliensi ekosistem online.

Seiring dengan transformasi keamanan siber berbasis AI, penggunaan AI untuk mengantisipasi ancaman siber memerlukan data dalam jumlah besar. Itulah sebabnya, diperlukan kolaborasi lintas industri untuk mengoptimalkan pemanfaatan AI dalam melindungi keamanan siber.

Saat ini, Microsoft memiliki lebih dari 10.000 ahli di bidang security and threat intelligence, mengelola 135 juta perangkat di berbagai belahan dunia, dan menerima sekitar 65 triliun signal setiap harinya. Microsoft memiliki akses ke beragam data keamanan yang menempatkan perusahaan pada posisi unik untuk memahami lanskap keamanan siber. Microsoft juga menggunakan data analytics dan algoritma AI canggih untuk membantu mengidentifikasi indikator yang dapat memprediksi pergerakan selanjutnya dari penyerang.

Terbaru, Microsoft memperkenalkan Microsoft Security Copilot, sebuah produk keamanan yang didesain untuk membantu incident responder dalam mengumpulkan seluruh data yang diperlukan untuk dapat merespons insiden dari berbagai platform di sistem pelanggan, menggunakan prompt dengan bahasa sehari-hari.

Ditenagai oleh generative AI GPT-4 milik OpenAI, Microsoft memberdayakan cyber defenders untuk melihat, mengklasifikasi, dan mengkontekstualisasi lebih banyak informasi dengan jauh lebih cepat. 

Rancangan ini memungkinkan setiap cyber defender, termasuk yang bekerja sendiri atau di dalam tim kecil, untuk tetap bekerja secara cepat dan optimal. “Hal ini juga membantu mengimbangi gap profesi keamanan siber, mengingat masih terdapat 3,4 juta pekerjaan dalam bidang keamanan siber yang belum terisi,” kata Panji.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus