Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Paris – Terkenal dengan jepitan dan bisanya, kalajengking adalah arakhnida yang sangat dihindari manusia. Tapi untuk berkembang biak, tentu dibutuhkan dua kalajengking. Lalu bagaimana kalajengking berhubungan seks?
Wilson Lourenço, peneliti sekaligus ahli kalajengking di National Museum of Natural History, Paris, telah mengindentifikasi 2.200 spies kalajengking di dunia. Identifikasi ini, menghasilkan sebuah pohon keluarga kalajengking yang luas sehingga tak mengejutkan ada sejumlah perilaku khas di setiap spesies. “Tapi kalajengking punya karakteristik umum saat kawin,” kata Lourenço.
Kalajengking punya musim kawin tertentu tergantung pada tempat tinggalnya. Kalajengking yang tinggal di kawasan empat musim, kawin saat musim semi atau panas. Sedangkan yang tinggal di kawasan tropis biasanya kawin saat musim hujan.
Saat aktif secara seksual, kalajengking jantan menggunakan hormon pheromon untuk mencari betinanya. Jika dua jantan berbenturan saat mencari betina, mereka akan terlibat pertempuran. Tapi ini jarang terjadi pada habitat liar. Konflik umumnya terjadi pada kalajengking yang tinggal di penangkaran.
“Banyak populasi kalajengking yang langka sehingga hanya ditemukan sedikit di lingkungan,” kata Lourenço.
Ia mengatakan pengetahuan peneliti sangat sedikit soal seleksi seksual kalajengking. Peneliti tak memahami kualitas seperti apa yang diinginkan kalajengking dan seberapa aktif mereka dalam memilih pasangannya.
Dalam beberapa populasi, ukuran kalajengking jantan bervariasi. Lourenço mengatakan jantan dengan ukuran “normal” akan lebih sukses dalam reproduksi.
Ketika jantan dan betina telah saling menemukan yang cocok, mereka akan terlibat dalam ritual bercumbu yang kompleks, yang disebut “promenade à deux”.
Dalam ritual ini si jantan akan menjepit penjepit si betina atau pedipal chelae. Kemudian dia akan membimbing betinanya dalam sebuah tarian sambil mencari spot terbaik untuk menaruh spermatophore-nya.
Dalam beberapa kondisi, betinanya akan menolak gerakan halus si jantan dengan menghindari tarian, mendorong di jantan, atau bahkan menyengatnya. Tak menyerah, si jantan akan menenangkan betinanya dengan sebuah “ciuman”. Paling tidak, dalam satu spesies yakni Megacormus gertschi, si jantan mungkin menyengat betinanya pada bagian tertentu. Si jantan akan meninggalkan penyengatnya hingga sembilan menit.
“Tak diketahui apakah ini bertujuan menyuntikkan racun untuk menenangkan betinanya,” kata Lourenço.
Jika si jantan telah berhasil menaruh spermatophore-nya, ia akan membimbing betina agar tetap di atasnya hingga bisa mmbuka lubang kelaminnya. Setelah selesai, kedua kalajengking ini akan memisahkan diri.
Semua spesies biasanya melakukan proses ini 2-15 menit. Lourenço mengatakan peneliti dalam penangkaran pernah mencatat waktu yang lebih lama, tapi ini karena si jantan tak kunjung menemukan spot untuk menaruh spermatophore-nya.
Kanibalisme seksual juga kadang terjadi, si betina akan menyerang dan memakan jantannya. Tapi ini hanya terjadi dalam spesies yang menganggap itu normal. Biasanya ini terjadi jika binatang hidup dalam kepadatan tinggi dan berpotensi melihat satu sama lain sebagai mangsa.
Lourenço mengatakan temperamen ini jarang terjadi, dan beberapa kalajengking bahkan menunjukkan beberapa perilaku sosial, seperti berbagi liang dan makanan.
Menariknya, beberapa spesies kalajengking juga mereproduksi melalui partenogenesis, di mana sel telur berkembang tanpa pembuahan (tidak ada aktivitas seksual).
LIVE SCIENCE | TRI ARTINING PUTRI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini