Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejumlah gerai Hero Supermarket akhir tahun lalu mulai bersalin rupa. Logo kepala prajurit Romawi berwarna merah sudah banyak yang diturunkan dan diganti logo Giant Supermarket. Gerai yang tadinya bertulisan Hero dengan huruf-huruf yang didominasi warna biru berganti dengan tulisan Giant Supermarket yang dimonopoli warna hijau.
Gerai yang berubah itu antara lain di Sektor I Bintaro Jaya dan Jalan Veteran, Jakarta Selatan, di Pondok Cabe, Ciputat, dan di Tanjung Duren, Jakarta Barat. Adapun di Jakarta Timur, sudah ada dua gerai yang berubah, yakni di Jalan Raya Kalimalang dan Jalan Pahlawan Revolusi, Pondok Bambu. Total jenderal, kelompok usaha Hero sudah memiliki 13 gerai Giant Supermarket.
Perubahan itu membuat Ariyantini Yatim, yang tinggal di Perumahan Bintaro Permai, Tangerang, bertanya-tanya. Ia sudah puluhan tahun menjadi pelanggan Hero Supermarket Sektor I Bintaro. Ketika nama itu berubah, ia lebih memilih tetap berbelanja di Hero Bintaro Plaza yang belum berganti nama. Padahal, dari sisi harga, menurut pengakuan ibu dua anak ini, lebih murah setelah diganti menjadi Giant. Tapi, dia tetap saja susah mengubah kebiasaan.
Pelanggan Hero yang setia seperti Tini boleh jadi bakal kecewa karena Hero akan terus mengadakan re-branding. Perusahaan yang didirikan M. Saleh Kurnia itu menargetkan 20 gerai lagi yang akan diubah namanya menjadi Giant Supermarket. Dalam paparan publik di Bursa Efek Indonesia pada pertengahan bulan lalu, manajemen Hero menjelaskan bahwa perubahan itu merupakan strategi bisnis perusahaan.
Namun sumber Tempo mengungkapkan, perubahan itu bukan merupakan strategi bisnis. Pergantian wajah menandakan kepemilikan Hero sebenarnya sudah tidak berada di tangan keluarga Kurnia lagi. Paling tidak, kendali sudah berpindah. Ia malah yakin, sebenarnya mayoritas saham Hero sudah di tangan Dairy Farm, lewat Mulgrave Corporation BV, yang saat ini merupakan pemegang saham terbesar kedua di Hero.
Sayangnya, Presiden Direktur PT Hero Supermarket Ipung Kurnia dan sekretaris perusahaan Vivien Goh tak mau membuka mulut ketika ditanya lebih detail apakah dengan pergantian itu berarti keluarga Kurnia telah melego sahamnya ke Dairy Farm. Alasannya, perusahaan sekarang sedang dalam masa periode tak bisa mengeluarkan pernyataan (silent period), karena tengah menyelesaikan laporan kinerja 2007.
Namun data emiten di Bursa Efek Indonesia menunjukkan bahwa komposisi kepemilikan belum berubah. Keluarga Kurnia lewat Hero Pusakasejati masih menguasai mayoritas saham di atas 50 persen dan Mulgrave tak sampai 45 persen. Sisanya dimiliki oleh publik.
Bisnis supermarket memang sedang redup. Dalam lima tahun ke depan, siapa yang akan menguasai sektor ini sudah bisa dilihat dari sekarang. Cepat atau lambat, kata sumber itu, sektor supermarket dan hipermarket nantinya bisa jadi akan dikuasai Carrefour. Apalagi jika perusahaan Prancis itu jadi membeli gerai-gerai milik Alfa Retailindo, perusahaan pesaingnya bakal bertumbangan. Pasalnya, dengan pembelian itu, Carrefour akan merambah pasar supermarket.
Redupnya sektor supermarket, terutama milik pengusaha lokal, dibenarkan analis BNI Securities Akhmad Nurcahyadi. Bisnis ini memang sedang stagnan. Daya beli masyarakat yang pas-pasan membuat sektor itu ikut terpengaruh. Hanya yang memiliki strategi bisnis jelas dan bisa masuk ke semua segmen pasar yang akan menangguk untung besar. Itu semua dimiliki hipermarket seperti Carrefour. Perusahaan yang masuk ke Indonesia pada 1998 itu tak hanya masuk ke segmen pasar kelas atas, tapi juga ke kelas menengah dan bawah.
Perusahaan yang hanya mengandalkan penjualan pakaian untuk kalangan kelas bawah saja, misalnya, kata Akhmad, akan sulit tumbuh. Kalangan menengah atas yang memiliki duit akan malas mampir jika yang dijual adalah merek yang tidak mereka kenal. Analis lain, Elvira Tjandrawinata dari Danareksa Research Institute, menambahkan bahwa perusahaan lokal kalah bersaing dengan Carrefour yang sudah mencapai skala ekonomisnya.
Dukungan modal yang kencang membuat posisi tawar Carrefour juga kuat, terutama ketika berhadapan dengan para pemasoknya. Dengan adanya tenggat pembayaran, berarti ada keuntungan lain yang bisa diambil. Ini yang sulit dilakukan pengusaha lokal. Padahal retail merupakan bisnis yang perputaran uangnya sangat cepat. Tak memiliki posisi kuat dalam tawar-menawar dengan pemasok, mereka harus menyediakan uang tunai. Jika penjualan rendah, mereka kesulitan arus kas.
Perusahaan retail memang harus berbenah agar tak tergilas. Itu sebabnya Hero tak tinggal diam dengan melakukan diversifikasi usaha. Hero masuk ke usaha minimarket lewat Starmart dan ke hipermarket dengan Giant. Matahari, yang sudah 40 tahun berkecimpung di bisnis department store, pun mau tak mau masuk ke jalur hipermarket lewat Hypermart.
Karena melambungnya berbagai harga komoditas, perusahaan retail juga bisa memanfaatkan momentum tersebut. Akhmad menyarankan agar perusahaan melancarkan strategi bisnis yang jitu di Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi. Ketiga daerah ini sedang menangguk untung dari penjualan minyak kelapa sawit dan produk tambang lain yang harganya terus melonjak.
Tentang masuknya perusahaan asing ke sektor retail, menurut Akhmad, di satu sisi hal itu memberikan sinyal positif. Pengusaha lokal bisa belajar menata kembali manajemen dan meningkatkan kualitas barang dan pelayanan. Namun tren penguasaan sektor retail oleh perusahaan asing ini perlu diwaspadai oleh pemerintah. Ia khawatir, semua sektor retail akan dikuasai perusahaan asing.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia Tutum Rahanta juga meminta pemerintah menetapkan kebijakan yang tegas dalam bisnis eceran ini. Dia menyarankan agar Indonesia mencontek Cina. Di sana, pengusaha lokal sangat dilindungi. Mereka juga dimudahkan jika ingin mencari pinjaman ke bank.
Pada saat yang sana, Cina memberlakukan aturan yang ketat. Perusahaan asing yang mau masuk, misalnya, harus benar-benar menanamkan uangnya di sana, tidak boleh menggunakan pinjaman dari bank setempat. Sampai jangka waktu tertentu, keuntungan yang diperoleh juga tidak boleh dibawa keluar semuanya. Dengan skema seperti itu, perusahaan asing dan lokal tetap bisa berdampingan.
Grace S. Gandhi
Pemain Retail Skala Nasional | ||
---|---|---|
Pelaku | Jenis Usaha | Jumlah Gerai |
Carrefour | hipermarket | 37 |
Giant | hipermarket | 17 |
supermarket | 13 | |
Hero | supermarket | 88 |
minimarket | 85 | |
Indomaret | minimarket | 2.227 |
Matahari | hipermarket | 31 |
department store | 81 | |
supermarket | 28 |
Kinerja Hero per 30 Sep 2007 (dalam jutaan rupiah) | ||
---|---|---|
2007 | 2006 | |
Penjualan bersih | 3.767.562 | 3.489.560 |
Laba usaha | 40.693 | 25.955 |
Laba bersih | 43.957 | 23.011 |
Jumlah gerai | 355 | 309 |
Sumber: Bursa Efek Indonesia, PT Hero Supermarket Tbk. |
Kepemilikan Saham per 31 Des 2007 | |
---|---|
Hero Pusakasejati | 24,56% |
Mulgrave Corporation BV | 32,43% |
Mulgrave Corporation BV | 12,13% |
PT Hero Pusakasejati | 25,55% |
Sumber: Bursa Efek Indonesia, PT Hero Supermarket Tbk. |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo