Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Kabupaten Bekasi menyebutkan ada 21 buruh di pabrik Unilever di kawasan industri Jababeka, Cikarang, yang terinfeksi Covid-19 menularkan virus kepada 15 anggota keluarganya di rumah. Namun begitu, Pemkab Bekasi mengklaim tidak ada penambahan kasus baru dari klaster Covid-19 di pabrik Unilever, Cikarang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Selama dua hari ini tidak ada penambahan kasus baru," kata Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Bekasi Alamsyah, Jumat, 3 Juli 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Alamsyah menuturkan, kasus terakhir Klaster Covid-19 di PT Unilever Cikarang itu tercatat sebanyak 21 buruh Unilever di bagian engineering produksi teh terpapar virus Corona. Mereka lalu menularkan virus itu kepada 15 anggota keluarganya di rumah. Artinya, total kasus dari klaster Unilever sekarang sebanyak 36 orang.
Lalu bagaimana dampaknya terhadap pergerakan saham PT Unilever Indonesia Tbk?
Saham Unilever pada hari ini, Senin, 6 Juli 2020, berhasil rebound dengan kenaikan tipis 0,32 persen atau 25 poin ke level Rp 7.925 hingga akhir sesi I perdagangan. Hal ini terjadi seiring dengan kenaikan indeks harga saham gabungan (IHSG) sebesar 0,43 persen.
Sepanjang hari ini, saham Unilever bergerak di rentang Rp 7.875 - Rp 8.000. Total transaksi mencapai 56,96 miliar dengan frekuensi transaksi sebanyak 2.371 kali. Kapitalisasi pasarnya mencapai Rp 302,34 triliun.
Sebelumnya tercatat selama dua pekan terakhir sentimen negatif menerpa emiten konsumer berkode UNVR itu dalam dua pekan terakhir tampak memiliki pengaruh terbatas pada pergerakan sahamnya.
Pertama, emiten tersebut menjadi perbincangan warganet perihal keputusan induk usahanya Unilever Global untuk mendukung komunitas Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender, Queer, and Intersex (LGBTQI+). Bahkan, dengan keputusan tersebut, Unilever Global mengubah logo perusahaan besar tersebut mengikuti identitas warna kebanggaan komunitas tersebut.
Dianggap tak sesuai dengan norma yang berlaku di Indonesia, warganet berbondong-bondong meninggalkan komentar kekecewaan di laman media sosial milik Unilever Indonesia.
Media Relations Manager Unilever Indonesia Adisty Nilasari mengungkap bahwa pernyataan mendukung komunitas LGBTQI+ memang datang dari induk usaha global. Sepanjang berdirinya Unilever Indonesia, tidak pernah sekalipun perseroan mempromosikan polemik norma tersebut ke permukaan.
“Di tempat kita beroperasi itu beda-beda value yang diangkat. Kalau di Indonesia inklusifitasnya yang banyak kita gaungkan yakni tentang women empowerment, bagaimana akses untuk difabel, bagaimana kita di tempat kerja memberikan inklusivitas tidak membedakan gender, agama, ras, golongan,” ujar Adisty ketika dihubungi, Ahad, 28 Juni 2020.
Terkait wacana pemboikotan produk, Adisty mengakui pihaknya memonitor media sosial secara berkala dan mengetahui adanya pembicaraan tersebut. Untuk selanjutnya, perseroan akan merilis keterangan lebih lanjut mengenai hal tersebut.
Di lantai bursa, hal tersebut menjadi momok tersendiri bagi perseroan mengingat emiten tersebut adalah salah satu anggota konstituen Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
Kedua, emiten mengumumkan konfirmasi beberapa karyawan yang terdeteksi mengidap infeksi Covid-19 di area fasilitas produksi perseroan di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, pada Kamis, 2 Juli 2020.
Direktur Corporate Affairs Unilever Indonesia Sancoyo Antarikso menyatakan kegiatan operasional segera ditangguhkan begitu mendapat kabar tersebut untuk berfokus menerapkan berbagai langkah preventif dalam upaya menjaga kesehatan dan keselamatan karyawan.
Meski begitu, Sancoyo menegaskan bahwa penghentian sementara kegiatan operasional pabrik di Bekasi tidak akan mempengaruhi ketersediaan produk-produk Unilever di pasaran. “Kami akan terus memastikan bahwa semua standar keselamatan dan kesehatan kerja di pabrik kami terpenuhi sebelum kami kembali pada operasional normal,” ungkapnya dalam keterangan resmi, Kamis, 2 Juli 2020.
Selama sepekan terakhir, harga saham UNVR terpantau menyentuh level terendah di level Rp 7.875 pada Rabu pekan lalu, 1 Juli 2020.
Sebelumnya, Analis Ciptadana Sekuritas Muhammad Fariz mengatakan bahwa sentimen negatif tersebut hanya bersifat sementara. “Kalo menurut saya, pressure dari sahamnya lebih karena outflow asing juga. Dan ujung-ujungnya ke depan harga saham UNVR akan dihargai sesuai dengan pertumbuhan labanya, dana kestabilan perusahaan, untuk melewati segala tantangan khususnya di saat pandemi seperti ini,” ujarnya.
BISNIS