Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia melampaui negara-negara tetangga di ASEAN. Posisi Indonesia di ASEAN, kata Airlangga, hanya di bawah Vietnam, sedangkan di antara negara G20 Indonesia berada di bawah Cina.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Jadi kita menunjukkan bahwa di dalam situasi ketidakpastian, ekonomi Indonesia menunjukkan resiliensi. Jadi mempunyai daya tahan yang cukup tinggi,” ujar Airlangga dalam keterangan resmi pada Rabu, 7 Mei 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi 4,87 persen pada kuartal I 2025. Sementara itu, Singapura tumbuh 3,8 persen dan Malaysia 4,4 persen. Kemudian, Amerika Serikat tumbuh 2 persen dan Uni Eropa 1,2 persen.
Meski begitu, Airlangga mengatakan Indonesia tetap harus waspada terhadap persaingan global dan menurunnya jumlah perdagangan akibat kebijakan tarif resiprokal AS. Oleh karena itu, kata Airlangga, Indonesia perlu melakukan diversifikasi mitra dagang dan menguatkan kerja sama regional.
Mantan Ketua Umum Partai Golkar itu menyebut Indonesia berkomitmen untuk menyelesaikan perundingan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA). Selain itu, Indonesia juga membuka peluang ekspor ke negara anggota Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (CPTPP).
“Target kita memang memperluas pasar. Jadi kalau kita melihat episentrumnya di Amerika untuk ketidakpastian dan gejolak ini, maka kita mencari daerah lain yang kita bisa masuki,” ujar Airlangga. Di lain sisi, dia juga mengatakan perlu ada upaya untuk mencegah masuknya barang-barang dumping dengan meningkatkan daya saing industri dalam negeri.
Sementara itu, peneliti Senior Centre for strategic and international Studies (CSIS) Deni Friawan menyebut perekonomian Indonesia sedang dirundung mendung. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2025 hanya mencapai 4,87 persen secara tahunan (yoy) atau melambat di bawah 5 persen.
Deni mengatakan kondisi enam bulan pertama pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan wakilnya Gibran Rakabuming Raka akan menentukan cerah atau gelapnya prospek perekonomian. “Saat ini kesimpulan yang bisa kami sampaikan adalah perekonomian memang belum gelap gulita, tapi mendungnya sudah ada,” ucapnya dalam media briefing CSIS yang digelar Rabu, 7 Mei 2025.
CSIS mencatat ekonomi triwulan I 2025 terkontraksi sebesar minus 0,98 persen dibanding kuartal sebelumnya (q on q). Dari sisi permintaan, menurut Deni, hal ini disebabkan pelemahan konsumsi rumah tangga yang tumbuh hanya 4,89 persen. “Padahal kita ketahui bahwa konsumsi rumah tangga itu menguasai lebih dari 55 persen dari total PDB (produk domestik bruto) kita.”
Ilona Estherina berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: Apa Sebab Ekonomi Indonesia Melambat?