Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Ratih Rachmatika tidak pernah menyangka tugas kuliahnya semasa menjadi mahasiswa di Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) kini berkembang menjadi usaha rintisan yang digeluti bersama kawan-kawannya. PT Solusi Teknologi Air Nusantara, atau yang dikenal dengan merek Siaga Air Bersih Indonesia (Siab), telah empat tahun berdiri dan mengembangkan dua produk pengelolaan air baku berbasis Internet untuk segala (Internet of things).
"Sebenarnya tujuan awal saya bukan membuat startup , melainkan ingin menyelesaikan tugas kuliah. Saya fokus ke teknis agar bisa membuat produk yang bisa menyelesaikan masalah di masyarakat," ujar dia kala berbincang dengan Tempo, pekan lalu. Mahasiswa Teknik Elektro UNS angkatan 2015 itu mengatakan gagasan menciptakan teknologi pengelolaan air bersih muncul dari masalah banjir yang kerap terjadi di Sungai Bengawan Solo.
Banjir yang terjadi hampir setiap tahun itu, menurut Ratih, menyebabkan krisis air bersih. Musababnya, air yang tersedia di Solo menjadi keruh dan sulit dipantau kualitasnya. Masalah itulah yang kemudian dicoba diselesaikan oleh Ratih dengan membuat produk pemantau air bersih. Alat tersebut kini menjadi salah satu produk yang dijual Siab, yakni Siab Monitoring, untuk mengecek kualitas air dari sisi pH atau keasaman, suhu, hingga kekeruhan.
Dari tugas kuliah tersebut, Ratih mematok visi Siab Indonesia lebih jauh lagi, yaitu menyokong tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 6: menjamin ketersediaan serta pengelolaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan untuk semua. Untuk itu, perusahaan yang berbasis di Surakarta, Jawa Tengah, itu pun menciptakan produk lainnya, yakni Siab Distribusi, sebuah water meter digital untuk memantau secara berkala konsumsi dan biaya air masyarakat.
Pemantauan Siaga Air Bersih Monitoring. YouTube/Siaga Alat Bersih
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ke depannya, Ratih cs juga berencana menelurkan Siab Recycle, berupa alat filtrasi air dengan memanfaatkan panel surya. "Yang sudah siap di pasar baru Siab Monitoring dan Siab Distribusi, tapi ke depannya kami ingin menjadi end-to-end solution di bidang pengelolaan air bersih. Sekarang solusi kami di hilir, di hulu masih mengembangkan produk," tutur Ratih.
Roda bisnis Siab berputar sejak 2018 dengan mengandalkan kocek pribadi alias bootstrapping. Perusahaan yang dikelola Ratih bersama enam orang anggota tim itu baru mendapat suntikan dana dari program Indigo Telkom pada 2020 sebesar Rp 375 juta. Dengan suntikan dana itu, bisnis Ratih terus bertumbuh hingga mencetak pendapatan Rp 500 juta pada 2021.
"Kami belum mendapat permodalan dari modal ventura karena belum bertemu yang cocok. Mungkin pemodal ventura melihat startup manufacturing
yang perlu investasi lebih besar ketimbang startup digital," ujarnya.
Karena itu, Ratih mengatakan, saat ini kinerja perusahaannya masih naik-turun dan bergerak dari proyek ke proyek alias project-based. Biasanya, satu proyek yang ditangani perusahaannya bisa memutar roda bisnis 6 sampai 12 bulan ke depan. Untuk saat ini, ia mengatakan timnya masih bergerak memasarkan produknya di sekitar Solo Raya. Namun ia tak menutup kemungkinan untuk memperluas pasar ke daerah lain.
Pemasaran Siab dilakukan melalui strategi business to business. Menurut Ratih, langkah itu cukup efektif lantaran produknya memang banyak dibutuhkan oleh pelaku usaha, seperti Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), perhotelan, dan kolam renang. "Siab Distribusi adalah water meter digital, yang penggantiannya perlu izin PDAM, sehingga penjualannya dengan skema b2b. Sedangkan Siab Monitoring bisa dijual langsung ke konsumen, meski selama ini pembelinya perusahaan," kata dia.
Ratih mengklaim produk yang dijualnya akan membuat perusahaan lebih efisien. Musababnya, produk itu bisa membuat perusahaan menghemat biaya operasional hingga 35 persen. Contohnya, dengan produk water meter digital, PDAM tidak lagi perlu mengirim orang untuk memantau penggunaan air masyarakat dari rumah ke rumah, lantaran alat tersebut bisa langsung mengirim data volume air secara berkala langsung ke sistem perusahaan air minum.
Sementara dari sisi pelanggan, alat pemantau distribusi air itu dianggap bisa membuat mereka mawas terhadap pemakaian banyu setiap harinya. Alat itu juga bisa digunakan mendeteksi titik kebocoran yang selama ini kerap membuat perusahaan air minum ataupun pelanggan merugi.
Begitu pula dengan penggunaan alat monitor kualitas air yang dianggap bisa mengurangi biaya perawatan kolam renang. "Biasanya hotel memeriksa air kolam tiga kali sehari dengan biaya perawatan Rp 500-700 ribu per bulan. Alat ini juga bisa merekomendasikan cairan pH agar sesuai dengan standar atau apabila klorin kurang," tutur Ratih.
Founder dan CEO, Ratih Rachmatika. uns.ac.id
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejauh ini, ia mengimbuhkan, produk Siab Distribusi telah digunakan PDAM di kawasan Solo Raya dan rencananya akan dikembangkan ke daerah lain. Perseroan juga telah mendukung berbagai proyek, misalnya sistem pengelolaan dan pemantauan air di sebuah sekolah di Lebak, Banten. Ia berharap teknologi yang ditawarkannya bisa semakin meluas dipakai oleh masyarakat.
Meski demikian, rencana ekspansi Siab Indonesia tidaklah mudah. Berdasarkan pemetaan yang dilakukan Ratih, perseroan berhadapan dengan kompetitor dari perusahaan besar, baik di dalam maupun luar negeri. Karena itu, sebagai perusahaan rintisan, ia pun harus putar otak menemukan strategi yang tepat. Saat ini, keunggulan utama dari perusahaannya adalah skema penjualan yang bisa dilakukan secara satuan, alias tanpa minimum pemesanan.
"Klien kami banyak yang baru coba-coba, sementara saya lihat perusahaan besar mematok pemesanan minimum 150-200 unit untuk bisa mencoba alat. Kami juga memberi bonus bundling dengan software," ujar Ratih. Penjualan satuan itu juga dilakukan agar roda perusahaan terus berputar. Musababnya, saat ini proses manufaktur masih dilakukan oleh industri rumahan.
Seiring dengan terus berkembangnya usaha rintisan ini, Ratih menuturkan, Siab berniat mewujudkan daur ulang air dengan menciptakan hydropanel. Dengan teknologi itu, air minum dapat diekstraksi dari interaksi panel surya dan udara, serta bisa dinikmati langsung dari keran. Untuk mewujudkan mimpi jangka panjang itu, pengelola Siab sedang mematangkan gagasan dan mencari investor.
"Kami akan berfokus mendorong konservasi air agar orang lebih sadar dengan penggunaan air mereka. Dengan tahu penggunaan air secara berkala, orang tidak akan mengkonsumsi air seenaknya," ujar Ratih.
CAESAR AKBAR
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo