Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Penjelasan Grab Indonesia soal Merger dengan Gojek: Spekulasi yang Tak Terverifikasi

Tirza juga menyinggung soal opini publik yang menyebut kedatangan Grab di Indonesia merupakan bentuk dari "dominasi asing".

15 Mei 2025 | 14.38 WIB

Pengemudi ojek daring Grab dan Gojek menunggu penumpang di Dukuh Atas, Jakarta, 3 Desember 2024. TEMPO/Ilham Balindra
Perbesar
Pengemudi ojek daring Grab dan Gojek menunggu penumpang di Dukuh Atas, Jakarta, 3 Desember 2024. TEMPO/Ilham Balindra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Grab Indonesia buka suara soal penggabungan usaha atau merger dengan emiten teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO). Grab mengatakan informasi merger tersebut tidak berdasarkan informasi yang terverifikasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

“Spekulasi tersebut tidak berdasarkan informasi yang terverifikasi, sehingga kami tidak dapat menanggapinya lebih lanjut,” kata Chief of Public Affairs Grab Indonesia Tirza Munusamy dalam keterangan tertulis, Kamis, 15 Mei 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tirza juga menyinggung soal opini publik yang menyebut kedatangan Grab di Indonesia merupakan bentuk dari “dominasi asing”. Dia menjelaskan bahwa Grab Indonesia beroperasi sebagai Penanaman Modal Asing (PMA), yaitu bentuk investasi yang diatur dan diizinkan oleh pemerintah Indonesia. PMA adalah struktur hukum yang biasa digunakan oleh perusahaan-perusahaan global yang berinvestasi di Indonesia dan telah menjadi pilar penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional untuk mendorong pertumbuhan bisnis berskala besar, mempercepat adopsi teknologi, dan mendukung inovasi lintas sektor.

Meski secara hukum Grab adalah PMA, kata Tirza, operasional Grab Indonesia dijalankan oleh talenta lokal. Dia mengatakan saat ini 99 persen dari seluruh karyawan Grab Indonesia adalah WNI yang berdomisili dan bekerja penuh di Indonesia. “Hanya 1 orang manajemen Grab di Indonesia adalah Warga Negara Asing (WNA), sisanya adalah Warga Negara Indonesia (WNI),” kata dia.

Kondisi itu, kata dia, mencerminkan komitmen Grab dalam memberdayakan dan mempercayakan peran kepemimpinan kepada putra-putri bangsa, baik dalam sisi operasional, strategi, maupun pengambilan keputusan bisnis. “Kami bangga bahwa Grab Indonesia adalah karya kolektif dari orang Indonesia untuk Indonesia,” kata dia. 

Tak hanya itu, ia menambahkan, Grab meyakini bahwa kerja sama antara modal global dan kekuatan talenta lokal adalah kunci dalam membangun ekonomi digital yang inklusif dan berkelanjutan. “Status PMA tidak mengurangi komitmen dan kontribusi kami terhadap kemajuan Indonesia. Sebaliknya, melalui PMA, kami dapat memperluas investasi, menciptakan lapangan kerja, dan mempercepat adopsi teknologi di seluruh negeri,” kata dia. 

Ia mengatakan Grab Indonesia saat ini fokus pada pemberdayaan ekonomi kecil dan membuka peluang kepada masyarakat agar bisa mendapatkan tambahan penghasilan secara mandiri dan berkelanjutan. Menurut dia, peluang tambahan penghasilan ini juga bisa diandalkan di masa transisi atau saat menghadapi tantangan ekonomi. 

Sekretaris Perusahaan GOTO R.A. Koesoemohadiani sebelumnya tak membantah atau membenarkan bahwa perseroan akan merger dengan Grab. Manajemen GOTO mengakui menerima berbagai tawaran bisnis dari berbagai pihak. “Belum ada kesepakatan antara Perseroan dengan pihak manapun,” kata dia dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Kamis, 8 Mei 2025.

Adil Al Hasan

Bergabung dengan Tempo sejak 2023 dan sehari-hari meliput isu ekonomi. Fellow beberapa program termasuk Jurnalisme Data AJI Indonesia.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus