Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TREN fashion yang terus berkembang menyimpan risiko pencemaran lingkungan yang berpotensi menimbulkan masalah baru. Penumpukan limbah kain dan pakaian, baik yang merupakan sisa produksi maupun pakaian jadi yang tak lagi terpakai oleh konsumen, membutuhkan solusi serta inisiatif yang berkelanjutan. Setali Indonesia, salah satu komunitas dan bisnis yang bergerak di bidang ekonomi sirkular, mencoba menghadirkan solusi secara holistik terkait dengan hal ini.
Sejak didirikan pada 2018, Setali berfokus pada upaya memperpanjang usia pakaian, dengan menjualnya sebagai barang bekas, atau mendaur ulang menjadi barang baru. Co-founder sekaligus Recycling Artist Setali Indonesia, Intan Anggita Pratiwie, menuturkan gerakan ini dimulai dengan mengajak masyarakat memilah barang yang dimiliki, lalu didonasikan, dan menciptakan nilai tambah baru untuk kemudian dijual kembali.
“Secara bertahap, ketertarikan banyak orang muncul saat Setali membuat banyak workshop tentang daur ulang, bekerja sama dengan brand-brand untuk membuat kampanye sustainable fashion, dan mencoba untuk mengadvokasi permasalahan yang terjadi di fast fashion,” ujar Intan kepada Tempo, Kamis lalu.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo