Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro, menekankan percepatan pembangunan ekonomi berbasis inovasi merupakan salah satu tahapan dalam pencapaian visi Indonesia 2045. Pada Skenario Pertumbuhan Ekonomi Tinggi (skenario optimistis), lndonesia diharapkan mampu keluar dari middle income trap dan menjadi negara berpendapatan tinggi pada 2036.
Baca juga: Bappenas Dorong MRT Jakarta Diteruskan hingga Tangerang Selatan
"Peranan iptek dan inovasi pada setiap tahapan pertumbuhan ekonomi nasional dibedakan sesuai fokus pembangunan pada periode yang bersangkutan," kata Bambang di Kementerian PPN/Bappenas Jakarta, Kamis, 30 Agustus 2018.
Bambang menjelaskan pada tahap pertama yaitu 2016-2025, iptek dan inovasi difokuskan untuk proses perubahan struktur ekonomi ke arah yang lebih produktif. Sedangkan pada tahap kedua, 2025-2035, iptek dan inovasi dimanfaatkan sebagai penghela industri manufaktur melalui penciptaan produk-produk ekspor bernilai tambah tinggi. Terakhir, pada 2036-2045, iptek dan inovasi akan berperan untuk mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan.
”Pemerintah lndonesia merespons revolusi industri 4.0 secara baik melalui beberapa kebijakan yang terfokus pada peningkatan daya saing bangsa di tengah persaingan global," tutur dja.
Dengan meningkatkan peran iptek, kata Bambang, Indonesia akan memacu produktivitas dan secara langsung akan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Ia menuturkan ada delapan strategi untuk meningkatkan peranan iptek dan inovasi bagi pembangunan, pertumbuhan, dan produktivitas nasional. Iptek dan inovasi juga bisa menjadikan Indonesia sebagai salah satu pusat pengembangan Iptek dan inovasi di Kawasan Asia dan dunia dengan cara pembentukan sistem nasional Iptek dan inovasi, serta inisiatif dana inovasi.
Kemudian peningkatan kapasitas institusi dan pengembangan SDM iptek, pengembangan teknologi berbasis potensi kewilayahan dan budaya pengembangan penelitian sosial-humaniora untuk menunjang inovasi dan produktivitas di masyarakat dan optimalisasi foreign direct investment (FDI) dan global value chaln (GVC) sebagai sarana alih teknologi. Adapula pelembagaan Triple Helix berupa pembangunan infrastruktur pendukung research and development (R&D). Ini bernilai strategis penciptaan ekosistem yang kondusif untuk menumbuhkan technopreneur dan startup.
"Dengan adanya sinergi Triple Helix, ketiga pihak tersebut dapat bersinergi untuk mengembangkan sistem inovasi yang berkontribusi pada peningkatan produktivitas dan perekonomian," kata dia.
Menurut Bambang, penciptaan inovasi melalui Triple Helix dapat memacu pertumbuhan dan daya saing ekonomi. Hal ini karena di dalam suatu Inovasi terdapat nilai tambah akademik, sosial budaya, ekonomi, dan komersial.
Di dalam kolaborasi kelembagaan Triple Helix, pemerintah berperan sebagai regulator, fasilitator, penghasil, dan pengguna hasil inovasi. Di pihak yang lain, perguruan tinggi dan lembaga Iptek berperan sebagai penghasil dan pengguna hasil inovasi. Bersamaan dengan itu, industri dan dunia usaha berperan sebagai penghasil, pendorong, dan pengguna hasil inovasi.
Kepala Bappenas itu juga mengapresiasi inisiatif Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang saat ini sedang merancang Draf RUU sisnas Iptek sebagai landasan pembangunan iptek nasional di masa mendatang. Menurut dia, dengan adanya RUU Sisnas lptek dan Inovasi sebagai payung hukum, pengembangan Iptek dan Inovasi dapat dilakukan secara lebih sistematis serta terintegrasi dengan aspek pendanaan. Kebijakan tersebut juga perlu didukung sinergi gerakan antara pemerintah, masyarakat dan dunia usaha Untuk memperkuat kapasitas sumber daya manusia dan skema pendanaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini