Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Bos PLN Curhat ke DPR: Kas Tak Cukup Biayai Investasi Rp 100 T, Laba Cuma Rp 5 T

Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini menceritakan kondisi keuangan perseroan dalam rapat bersama Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat.

1 September 2021 | 17.21 WIB

Zulkifli Zaini memulai kariernya sebagai Civil & Structural Engineer pada Wiratman and Associate tahun 1980. Setelah itu, Zulkifli merintis kariernya di bidang perbankan sebagai Account Officer di Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) pada tahun 1988. TEMPO/Tony Hartawan
Perbesar
Zulkifli Zaini memulai kariernya sebagai Civil & Structural Engineer pada Wiratman and Associate tahun 1980. Setelah itu, Zulkifli merintis kariernya di bidang perbankan sebagai Account Officer di Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) pada tahun 1988. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN Zulkifli Zaini menceritakan kondisi keuangan perseroan dalam rapat bersama Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Menurut dia, arus kas PLN tidak cukup untuk membiayai investasi setiap tahunnya. Karena itu, ia meminta dukungan penyertaan modal negara atau PMN.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Karena cashflow PLN tidak cukup untuk biayai investasi Rp 100 triliun setiap tahun. Padahal labanya hanya Rp 5 triliun," ujar Zulkifli dalam rapat di Kompleks Parlemen, Rabu, 1 September 2021.

Di masa lalu, kata Zulkifli, investasi yang harus dikeluarkan PLN setiap tahun adalah sebesar Rp 120 triliun. Angka itu kemudian diturunkan menjadi Rp 100 triliun per tahun. Pada tahun ini, alokasi investasi tersebut kembari diturunkan menjadi Rp 78 triliun.

Dengan meminta PMN sebesar Rp 5 triliun pun, kebutuhan investasi itu masih belum tercukupi. Sehingga, PLN harus merogoh kas sendiri, yang juga tidak cukup mendanai kebutuhan tersebut. Akhirnya, perseroan pun meminjam ke bank.

"Jadi, kalau dilihat kenapa PLN punya pinjaman bank hampir Rp 500 triliun, karena cashflow PLN tidak cukup untuk biayai investasi Rp 100 triliun setiap tahun. Padahal labanya hanya Rp 5 triliun," ujarnya.

Menurut Zulkifli, PMN Rp 5 triliun itu pun masih di bawah permintaannya, yaitu Rp 10 triliun. Padahal, ia berpendapat bahwa dengan kebutuhan investasi Rp 100 triliun per tahun, maka semestinya PMN mencapai Rp 30 triliun setiap tahun.

"Bapak Ibu pasti tanya monopoli kok tidak bisa handle. Monopoli kalau utangnya tak terlalu besar ya pasti bisa handle. Kalau investasi Rp 100 triliun, PNM hanya Rp 5 triliun ya repot. kalau Rp 100 triliun investasinya, mungkin PMN-nya Rp 30 triliun setiap tahun," tutur dia.

Di sisi lain, untuk memperbaiki arus kas PLN, Zulkifli mengatakan salah satu solusinya adalah dengan menaikkan tarif listrik. dengan demikian antara tarif dan biaya produksi menghasilkan margin yang sedikit besar. Namun, ia berujar kenaikan tarif itu tidak dimungkinkan dalam situasi saat ini.

"Jadi, saya ingin sharing, bahwa kita investasi Rp 75 triliun. Bapak Ibu beri PMN Rp 5 triliun, selisihnya kan Rp 70 triliun. Dengan segala hormat, kami harus selalu pinjam dari luar. Dari bank dan lain-lain. Jadi itu lah situasi PLN," ujar Zulkifli.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus