Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono mengingatkan adanya potensi lonjakan inflasi imbas kondisi geopolitik Rusia dan Ukraina. Inflasi secara global bisa mempengaruhi perekonomian Indonesia pada kuartal selanjutnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Koreksi pertumbuhan ekonomi dan perubahan inflasi perlu diantisipasi, terkait bagaimana mengelola ekonomi pada 2022," katanya dalam konferensi pers secara virtual, Senin, 9 Mei 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Margo menyampaikan perang dua negara telah membuat Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pertumbuhan ekonomi selama 2022 yang diperkirakan bisa mencapai 5,6 persen diturunkan menjadi 5,4 persen.
Pada waktu yang sama, inflasi diproyeksikan bakal naik seiring dengan lonjakan harga komoditas secara global. Adapun sepanjang kuartal I 2022, BPS mencatat ekonomi Indonesia tumbuh 5,01 persen. Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku pada kuartal I-2022 sebesar Rp 4.513 triliun.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia didorong oleh pulihnya kondisi ekonomi negara-negara mitra dagang. "Pada triwulan I-2022, semua negara mitra dagang kita mengalami pertumbuhan positif. Tiongkok (Cina) dan Uni Eropa lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan IV-2021," kata Margo.
Adapun aktivitas masyarakat pada kuartal I 2022, kata dia, termasuk yang terbaik sepanjang pandemi. Kegiatan penduduk di berbagai lokasi sudah melampaui kondisi normal.
"Mobilitas sudah sangat bagus, menunjukkan peningkatan yang signifikan. Ini berpengaruh positif terhadap kegiatan produksi, konsumsi, dan investasi," tutur Margo.
Direktur Center of Economic and Law Studies Bhima Yudhistira mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I didorong oleh boom harga komoditas. "Ada luck factor karena permintaan batubara dan CPO (crude palm oil) naik di pasar internasional," katanya.
Kenaikan harga komoditas itu berpengaruh terhadap kinerja ekspor. Faktor lain, pertumbuhan disokong oleh investasi yang berkaitan dengan sektor pertambangan serta perkebunan.
Adapun konsumsi rumah tangga, ucap Bhima, perlahan menunjukkan pemulihan lantaran adanya pelonggaran mobilisasi. Terlihat dari sektor transportasi dan pergudangan, lini ini mencatat pertumbuhan signifikan
"Tapi kita jangan mudah terlena. Tantangan ekonomi ke depan jauh lebih kompleks dan berisiko hambat pemulihan ekonomi," ucap dia.
Tantangan itu meliputi melonjaknya harga komoditas yang bakal berimbas ke inflasi pangan maupun energi. Selain itu, kenaikan suku bunga secara global akan mendorong perbankan menyesuaikan bunga pinjaman.
"Cost of fund yang naik akan tekan modal kerja pengusaha maupun pinjaman konsumsi," ucap Bhima mengomentari tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.