Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Cerita Pengusaha Konveksi Terdampak Serbuan Produk Impor hingga Bangkrut

Pengusaha konveksi asal Bandung, Syukur, yang menjadi salah satu penjual atau seller di platform online menceritakan dampak dari serbuan produk impor yang masuk ke Indonesia.

14 Agustus 2023 | 20.17 WIB

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki membeberkan hasil pertemuan dengan para penjual atau seller platform e-commerce di kantornya, Jakarta Selatan, pada Senin, 14 Agustus 2023. Para seller itu meceritakan keluh kesahnya soal produk dalam negeri di tengah gempuran produk dari luar negeri. TEMPO/ Moh Khory Alfarizi
Perbesar
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki membeberkan hasil pertemuan dengan para penjual atau seller platform e-commerce di kantornya, Jakarta Selatan, pada Senin, 14 Agustus 2023. Para seller itu meceritakan keluh kesahnya soal produk dalam negeri di tengah gempuran produk dari luar negeri. TEMPO/ Moh Khory Alfarizi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Pengusaha konveksi asal Bandung, Syukur, yang menjadi salah satu penjual atau seller di platform online menceritakan dampak dari serbuan produk impor yang masuk ke Indonesia. Hal itu disampaikan sesuai melakukan pertemuan dengan Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Syukur mengatakan usahanya rugi besar akibat gempuran produk luar negeri itu hingga bangkrut. “Kami konveksi kecil sulit menyaingi barang-barang Cina,” ujar dia di Gedung Kemenkop UKM, Jakarta Selatan, pada Senin, 14 Agustus 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dia mencotohkan salah satu barang yang diproduksi usaha konveksinya yakni sweater. Menurut Syukur, pihaknya tidak bisa lagi menyaingi produk luar negeri dari segi harga. “Jadi konveksi kami harus tiarap," tutur dia.

Menurut Syukur, harga produk-produk Cina itu dijual terlalu murah. Untuk sebuah sweater harganya dipatok mulai Rp 25-40 ribu. Harga tersebut, kata dia, tidak menutup harga pokok produksi.

Hal tersebut membuat omset usahanya turun 30-50 persen. Karena tidak mampu menyaingi produk dari luar, Syukur memilih untuk fokus mengembangkan bisnis dari produk lain.

Harga produk impor yang ditawarkan sangat murah

Syukur pun menuturkan, yang membuat kondisi tersebut sangat berpengaruh adalah karena platform seperti TikTok. Sehingga penjualannya terdampak cukup besar walaupun ia juga berjualan dari platform lain selain TikTok Shop.

Sementara, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menjelaskan kondisi tersebut menyebabkan produk lokal kesulitan bersaing lantaran harga produk impor yang ditawarkan terbilang sangat murah. Teten mengaku mendengarkan keluhan soal produk Cina yang masuk melalui e-commerce cross border. 

“Sehingga solusinya bukan sekadar merevisi Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 50 Tahun 2020 saja, tapi juga perlu adanya perlakukan yang sama mengenai tarif-tarif biaya masuk,” ucap Teten. “Keluhan yang disampaikan itu, akan menjadi masukan untuk ditelaah lebih dalam.”

M. Khory Alfarizi

Alumnus Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat. Bergabung di Tempo pada 2018 setelah mengikuti Kursus Jurnalis Intensif di Tempo Institute. Meliput berbagai isu, mulai dari teknologi, sains, olahraga, politik hingga ekonomi. Kini fokus pada isu hukum dan kriminalitas.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus