Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta -Sejumlah warga di Kelurahan Pinasungkulan, Kecamatan Ranowulu, Kota Bitung, Sulawesi Utara, mulai direlokasi tahun depan dari kampung mereka. Relokasi dilakukan karena wilayah tersebut masuk dalam konsesi Tambang Emas Toka Tindung seluas 40 ribu hektare yang dikelola PT Archi Indonesia Tbk, bagian dari PT Rajawali Corpora atau Rajawali, perusahaan milik pengusaha Peter Sondakh.
“Prosesnya mulai dari awal tahun depan, di 2023 kami berharap selesai,” kata Direktur Archi Indonesia Christian Emanuel David Sompie dalam diskusi bersama media di Kota Manado, Sulawesi Utara, Kamis, 25 November 2021.
Archi Indonesia merupakan salah satu produsen emas murni atau pure-play gold producer terbesar di Asia Tenggara yang baru melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) akhir Juni 2021. Konsesi Tambang Emas Toka Tindung memiliki cadangan biji emas 3,9 juta ton dan dipegang lewat dua anak perusahaan yaitu yaitu PT Meares Soputan Mining (MSM) dan PT Tambang Tondano Nusajaya (TTN).
MSN dan TTN pun adalah pemegang izin tambang berupa Kontrak Karya (KK) yang berlaku hingga 2041. KK ini pun dapat diperpanjang 2x10 tahun sebagai Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). Keduanya sudah mulai menambang emas di konsesi ini sejak Januari 2011.
Dari konsesi 40 hektare, sebenarnya baru 10 persen saja yang sudah dieksplorasi dan menghasilkan empat blok tambang dengan metode open pit (tambang terbuka). Keempatnya yaitu Blok Toka, Blok Kopra, Blok Araren, dan Blok Alaskar, yang berada di daerah Kabupaten Minahasa Utara.
Tempo melihat langsung Blok Araren yang merupakan blok terbesar dibandingkan ketiga blok lainnya. Diameter Blok Araren mencapai 1 kilometer dan memiliki tingkat kandungan emas melebihi 3 gram per ton material, di atas blok lain yang hanya 2 gram per ton. “Blok Araren ini akan terus diperluas,” kata Kepala Teknik Tambang Emas Toka Tindung Hary Irmawan saat ditemui di lokasi.
Adapun produksi emas tahunan dari keempat blok tersebut saat ini mencapai 200 sampai 220 kilo ounces dengan kapasitas pabrik pengolahan 4 juta ton per tahun. Perusahaan pun kini sedang menggenjot kapasitas pabrik pengolahan yang ada di lokasi tambang menjadi 8 juta ton per tahun pada 2025.
Penambahan kapasitas pabrik ini juga membuat Archi berpotensi memproduksi emas sampai 450 kilo ons atau setara 14 ton lebih per tahun. Kalau kapasitas pabrik mencapai 8 juta ton di 2022, Hary menyebut luas konsesi yang dieksplorasi Archi pun bisa bertambah luas dua sampai tiga kali lipat. “Bisa naik jadi 20 sampai 30 persen,” kata Hary.
Di sisi lain, David menyebut puluhan desa atau kelurahan masuk dalam KK atas konsesi 40 ribu hektare tersebut. Salah satu yang masuk yaitu Kelurahan Pinasungkulan yang sudah masuk Kota Bitung.
“Tapi yang ada emasnya hanya di beberapa spot yang kami temukan saat eksplorasi, antara lain yang sekarang kami temukan di pit (blok) Araren,” kata dia.
Saat Archi mengembangkan Blok Araren, kata David, bibir tambang semakin mendekat ke Kelurahan Pinasungkulan. Tapi, kelurahan tersebut belum menjadi area tambang karena belum ditemukan potensi emas di bawah tanahnya. Hanya saja, jarak aman 250 sampai 500 meter antara kelurahan dan Blok Araren tidak akan bisa dijaga jika Blok Araren diperluas sampai 2024-2025.
Menurut David, inilah alasan utama perusahaan menawarkan relokasi tersebut kepada warga sekitar tambang. Tidak semuanya, kata dia, tapi hanya satu RT saja atau dalam bahasa Minahasa disebut Jaga.
David menyebut studi mengenai hal tersebut sudah dilakukan beberapa tahun terakhir dan rencana final relokasi baru tercapai dengan Pemerintah Kota Bitung tahun ini. Adapun saat ini proses penghitungan appraisal atau penentuan nilai jual tanah, rumah, ladang, dan pekarangan warga sudah mulai berjalan.
Dari laporan terakhir diterima, David menyebut ada 64 kepala keluarga dan 70 bidang tanah pekarangan yang akan diganti rugi oleh perusahaan. Dalam beberapa pemberitaan media lokal dikabarkan ada penolakan warga dan masalah ketidakcocokan pada harga jual aset warga. David mengatakan bahwa pemerintah setempat yang bisa menentukan appraisal ini.
David juga membenarkan tidak semua warga sepakat dengan proses dalam appraisal tersebut. “Ada yang suka dan ada yang tidak suka, ada juga yang belum mau diukur, dua atau tiga, ya kami kan tergantung masyarakat,” kata dia
Deputy Chief Executive Officer Archi Indonesia Rudy Suhendra mengatakan tak hanya harus memastikan produksi emas, mereka juga mengutamakan keselamatan warga. Untuk itu, ia menyebut perusahaan berusaha memastikan masyarakat tidak terkena dampak penambangan. “Apalagi kalau ngomongnya tambang, pasti ada blasting, itu kan kita harus gunakan bahan peledek, kami harus pastikan itu tidak sampai ke rumah warga,” kata dia.
Rudy tak memungkiri kalau capital expenditure atau belanja modal untuk relokasi warga cukup besar. Tapi proses harus dilalui untuk menjamin keselamatan warga. Rudy menyebut Archi pun pasti akan mempertimbangkan kebutuhan warga pasca relokasi, dari akses air bersih, sekolah, sampai perekonomian keluarga. “Jangan sampai mereka pindah ke pedalaman, jadi banyak dampak harus kami pikirkan,” kata dia.
Sehingga, Rudy menyebut diskusi telah dilakukan dengan Wali Kota Bitung mengenai jadwal relokasi yang terbaik untuk warga Pinasungkulan. Lalu, Archi Indonesia juga meminta bantuan kepada akademisi di Universitas Sam Ratulangi untuk melakukan kajian sosial budaya atas rencana relokasi ini. “Lalu kami bicarakan dengan warga setempat, kami harus berdiskusi yang terbaik juga,” kata Rudy.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.