Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ekonomi

Gebrakan Para Pahlawan New York

Memiliki kemampuan super ternyata tidak selalu menyenangkan. Serial Heroes menampilkan sisi lain para jagoan itu.

17 September 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BISIK-bisik terdengar lagi. Selasa pekan lalu, sebuah berita di situs E! Online. Isinya, soal bocoran serial televisi Heroes. Pada musim tayangnya yang terbaru, Peter Petrelli (Milo Ventimiglia), salah satu karakter dalam serial The Heroes, mengalami amnesia selepas sebuah ledakan yang terjadi di New York City. Si Ganteng Petrelli—di Indonesia dia dikenal dalam serial Gilmore Girls—menjadi orang linglung.

Kabar itu pun langsung diteruskan ke sebuah forum penggemar serial The Heroes. Reaksinya riuh rendah. Me reka, penggemar serial dari seluruh planet Bumi, langsung terperangah. Namun, alih-alih mendapatkan kepastian kabar dari si penulis cerita, yang terjadi malah debat panjang. Masing-masing mengemukakan alasan yang, menurut mereka, masuk akal. ”Sepertinya Peter dibui seperti yang terlihat dalam video preview season kedua,” kata seorang pengirim pesan.

Serial Heroes menjadi fenomena dalam dunia televisi masa kini. Serial yang pertama tayang tahun lalu di stasiun televisi NBC, Amerika Serikat, hanya dalam beberapa pena yangannya sudah disaksikan 15 juta orang. Jumlah itu baru yang menonton secara langsung dari televisi, belum termasuk mereka yang membeli format DVD-nya. Di Indonesia, hingga pekan silam, serial ini diputar di sta siun televisi Trans TV.

Serial ini juga beroleh berbagai penghargaan. Paling akhir, masuk sebagai nomine Primetime Emmy Awards dalam The Academy of Television Arts & Sciences tahun ini.

Itulah yang menjadi sebab kabar tentang serial ini selalu menarik di ikuti. Kelanjutan kisah yang bocor menjadi menu biasa—dan ini bukan sekali saja terjadi. Beberapa bulan saat serial ini tayang, hal serupa pernah terjadi. Nah, kalau sekarang ramai lagi, bisa dipahami. Senin pekan depan, NBC akan memutar musim tayang kedua. Serial ini menambah panjang deretan serial televisi sukses. Resepnya masih sama, yakni dengan cerita menggantung di akhir. ”Resep generik, bukan? Dengan ending semacam itu, setiap penonton akan menunggu kisah lanjutannya,” kata Tim Kring, 50 tahun, pengarang dan produser eksekutif serial ini. Sebelumnya, Kring sukses dengan serial drama Crossing Jordan atau Knight Rider, serial beken pada 1990-an. Tema dan jalinan cerita serial ini memang kuat. Serial Heroes, seperti juga drama televisi kontempo rer lainnya, yang mencampurkan sains dan fiksi, menjadi daya pikat yang luar biasa. Paduan penyuntingan, efek, dan permainan tata cahaya seolah meng ha dirkan dunia yang lain.

Bedanya, masing-masing karakter dalam serial ini masing-masing me miliki kemampuan super. Mereka adalah manusia biasa, namun diam-diam ada kekuatan dalam diri nya. Hiro Nakamura (Masi Oka), yang dapat meng hentikan waktu. Seketika dia berada di Amerika. Lalu ada Claire Bennet (Hayden Panettiere), cheerleader asal Texas yang tak kebal senjata apa pun. Niki Sanders (Ali Larter) memiliki dirinya yang lain yang beringas, yang mam pu ”keluar” dan ”masuk” melalui cermin.

Kemampuan itu mengejutkan mereka, namun tak sedikit justru mende rita. Isaac Mendez (Santiago Cabrera), pelukis yang saat berada dalam keadaan mabuk berat bisa menggambarkan situasi yang akan terjadi di masa datang. ”Aku harus menghentikannya,” kata dia. Hidupnya tertekan ketika lukisannya ternyata benar-benar terjadi.

Para hero inilah yang membuat ilmuwan Chandra Suresh sibuk membuat penelitian tentang mereka. Sayang, dia mati terbunuh. Mohinder Suresh (Sendhil Ramamurthy), anaknya, terbang dari Madras, India, ke New York untuk menyelidiki kematian sang ayah. ”Dia meninggalkan keluarga di Madras hanya untuk meneliti orang-orang sakit ini,” kata Mohinder.

Mohinder dan para hero lainnya harus berhadapan dengan Sylar (Zachary Quinto) yang luar biasa be ngis. Bak membelah kelapa, dia mengambil separuh kepala para hero itu. Dengan demikian kekuatannya terus bertambah.

Kekuatan korbannya berpindah kepa danya. Pergulatan Mohinder dan para hero menghadapi Sylar yang selalu tampil misterius dengan topi baseball-nya menjadi urat jalinan serial ini yang kadang rumit dan punya ba nyak tokoh.

Kisah ini memang mirip kisah komik superhero. Padahal, Tim Kring si pencipta serial ini sama sekali tidak memiliki pengetahuan yang berlimpah tentang komik. ”Waktu kecil aku malah terganggu dengan balon-balon dialog di setiap panel komik,” kata Kring. Saat kecil dia lebih suka bermain gitar klasik.

Untuk itulah, dalam menggarap serial ini dia melibatkan banyak ahli. Jeph Loeb, penulis dalam serial televisi Smal lville, masuk dalam tim plus dan 10 penulis naskah. Namun, dari sekian langkahnya yang gemilang, dia mema sukkan tokoh Suresh dan Hiro. Itu sebab nya, serial ini juga laku keras di negara-negara di Asia, termasuk Indonesia.

Irfan Budiman

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus