Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Minahasa Utara -PT Archi Indonesia Tbk sedang menggenjot kapasitas produksi dari pabrik pengolahan di Tambang Emas Toka Tindung, Minahasa Utara, Sulawesi Utara, dari tahun lalu yang sebesar 3,6 juta ton per tahun atau million ton per annum (mtpa) menjadi 8 juta ton pada 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Peningkatan kapasitas ini membuat Archi berpeluang untuk memproduksi emas tahunan sebesar 450 kilo ounces (setara dengan 14 ton lebih) emas per tahun pada 2026 dan seterusnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Kepala Teknik Tambang Toka Tindung Hary Irmawan mengatakan target peningkatan ini akan sangat tergantung pada kegiatan eksplorasi yang sekarang terus dilakukan. "Semakin sukses eksplorasi, semakin bisa target ini dicapai," kata dia saat ditemui di lokasi tambang pada Kamis, 25 November 2021.
Saat ini, rata-rata produksi emas tahunan Archi mencapai sudah mencapai lebih dari 200 kilo ounces dalam 5 tahun terakhir operasi berturut-turut, dengan rata-rata Compound Annual Growth Rate atau CAGR mencapai 15 persen. Pada 2011, produksi emas Archi mencapai 61 kilo ounces.
Angka ini naik 207 kilo ounces (setara dengan 6,5 ton) pada tahun 2020. Bahkan, Archi mencapai produksi emas tertinggi pada tahun 2018 dengan volume produksi sebesar 270 kilo ounces (setara dengan 8,4 ton).
Di sisi lain, peningkatan kapasitas ini bakal membuat kawasan konsesi yang digarap dieksplorasi Archi diperluas dua sampai tiga kali lipat. Saat ini, total luas konsesi tambang yang dikelola oleh Archi Indonesia yaitu sebesar 40 ribu hektare.
Tapi dari angka tersebut, saat ini baru 10 persen atau 4 ribu hektare area konsesi saja yang sudah dieksplorasi. "Bisa naik jadi 20 sampai 30 persen," kata Kepala Teknik Tambang Toka Tindung Hary Irmawan di Minahasa Utara.
Konsesi dengan izin berupa Kontrak Karya atau KK ini dipegang Archi lewat dua anak perusahaan. PT Meares Soputan Mining (MSM) yang berdiri sejak 1986 sekitar, 9 ribu hektare dan PT Tambang Tondano Nusajaya (TTN) yang berdiri pada 1997, sekitar 31 ribu hektare.