Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Harga Minyak Dunia Turun, Analis: Gara-gara Cadangan Minyak AS Melimpah

Cadangan minyak Amerika Serikat (AS) mengalami peningkatan sebesar 7,3 juta barel pada pekan yang berakhir pada 26 April 2024.

4 Mei 2024 | 09.32 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Analisis Deu Calion Futures (DCFX) Andrew Fischer menyebut harga minyak dunia menurun akibat peningkatan cadangan minyak mentah Amerika Serikat (AS). Menurut Fischer, ada perubahan tren bullish (optimis harga naik) menjadi bearish (berpandangan harga turun).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Reuters sebelumnya melaporkan, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni 2024 turun sebesar US$ 2,93 per barel atau sekitar 3,6 persen menjadi US$ 79 per barel di New York Mercantile Exchange. Sedangkan, harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Juli 2024 merosot sebesar US$2,89 per barel atau sekitar 3,4 persen menjadi US$83,44 per barel di London ICE Futures Exchange. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berdasarkan pada data Energy Information Administration (EIA) pada Rabu lalu, Fischer menyampaikan cadangan minyak Amerika Serikat (AS) mengalami peningkatan sebesar 7,3 juta barel pada pekan yang berakhir pada 26 April 2024. Dia menyebut, angka itu melampaui prediksi sebelumnya dari para analis yang memperkirakan penurunan sebesar 1,1 juta barel. 

"Peningkatan yang tak terduga ini mengindikasikan adanya potensi surplus pasokan, yang pada gilirannya menekan harga minyak," kata Fischer dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 3 Mei 2024.

Lebih lanjut, Fischer juga mengatakan bahwa meredanya beberapa konflik global dalam beberapa hari terakhir turut mempengaruhi sentimen pasar. Menurut dia, konflik yang mereda cenderung mengurangi ketegangan geopolitik yang berujung pada berkurangnya kekhawatiran akan gangguan pasokan minyak.

"Hal ini menjadi salah satu faktor utama yang mendukung prediksi pelemahan harga minyak dalam waktu dekat," ujarnya. 

Tak sampai di situ, Fischer juga menyatakan pasar akan gelisah menjelang pertemuan Federal Reserve di mana bank sentral diharapkan akan memberikan pernyataan yang lebih hawkish (mengarah ke kenaikan suku bunga). Fischer menyebut antisipasi terhadap kebijakan yang lebih ketat dari The Fed telah mendorong penguatan dolar AS yang pada gilirannya memberikan tekanan tambahan terhadap harga minyak. 

"Hal ini terjadi karena minyak diperdagangkan dalam dolar, sehingga penguatan dolar membuat minyak menjadi lebih mahal bagi investor yang menggunakan mata uang lain," tuturrnya. 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus