Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Kata Pengamat soal Merger Garuda Indonesia, Citilink dan Pelita Air: Ada Keuntungan dan Kelemahan

Wacana merger tiga maskapai penerbangan BUMN dinilai pengamat timbulkan keuntungan maupun kelemahan. Apa saja?

24 Agustus 2023 | 15.09 WIB

Garuda Indonesia, Citilink, dan Pelita Air. FOTO/pngwing.com
Perbesar
Garuda Indonesia, Citilink, dan Pelita Air. FOTO/pngwing.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan akan melakukan program efisiensi pada BUMN penerbangan untuk menekan biaya logistik, yaitu Garuda Indonesia, Citilink, dan Pelita Air. Sebagai informasi, Citilink merupakan anak usaha Garuda Indonesia. Adapun Pelita Air adalah anak usaha PT Pertamina (Persero).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

"BUMN terus menekan logistic cost," kata Erick dalam keterangan resminya pada Senin, 21 Agustus 2023. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Erick mencontohkan efisiensi di Pelindo, yakni dari 4 menjadi 1 perusahaan. Dia melanjutkan, biaya logistik Indonesia sebelumnya mencapai 23 persen, tapi sekarang 11 persen. 

"Kita juga upayakan Pelita Air, Citilink, dan Garuda merger untuk menekan cost," ujar Erick.

Selain untuk menekan biaya logistik, penggabungan ketiga maskapai BUMN itu juga untuk mengurangi ketertinggalan jumlah pesawat tersebut. Erick menilai, berdasarkan perbandingan dengan Amerika Serikat, Indonesia masih kekurangan sekitar 200 pesawat. 

Merger disebut bukan solusi

Pengamat penerbangan Gerry Soejatman dan Alvin Lie buka suara perihal rencana merger tiga maskapai pelat merah yakni Garuda Indonesia, Citilink, dan Pelita Air. Gerry Soejatman menilai kondisi finansial Garuda Indonesia masih butuh waktu untuk bisa kelihatan arahnya, meskipun sudah PKPU atau penundaan kewajiban pembayaran utang. Sedangkan Citilink tahun ini sepertinya merugi dan Pelita masih tahap awal di rencana bisnisnya sehingga belum untung.

"Merger bukanlah solusinya," ungkap Gerry pada Tempo, Selasa, 22 Agustus 2023.

Lebih lanjut, dia mengatakan komitmen Garuda di PKPU bisa dibilang legally binding alias perjanjian mengikat.

"Jika menyimpang dari business plan Garuda, kreditur bisa keberatan, protes, ngambek," tutur dia.

Agak rancu

Sementara Alvin Lie mengatakan dia sulit memahami fokus bisnis holding penerbangan. Dia bingung apakah jika tiga perusahaan dijadikan satu, nantinya perusahaannya tinggal tersisa satu.

"Itu agak rancu karena pelayanan penerbangan ada kelasnya, ada yang full service ada yang LCC (low cost carrier)," kata Alvin pada Tempo, Selasa.

Menurut dia, sangat aneh jika Garuda menjadi penerbangan bertarif rendah atau LCC. Sebab, izinnya berbeda dan tarif batas atas di domestik beda-beda tiap segmen. Dia membandingkan dengan Lion Group yang memiliki Batik Air full service, Lion Air dan Super Air Jet LCC, serta Wings Air dengan pesawat baling-balingnya. 

"Kalau dimerger, saya khawatir tidak kompetitif, organisasi jadi terlalu besar. Dan kalau terlalu besar tidak gesit hadapi dinamika persaingan," tutur Alvin.

Potensi holding airlines

Sementara itu, Pakar Marketing sekaligus Managing Partner Inventure, Yuswohady menilai, holding alias perusahaan induk dibentuk karena banyak usaha sejenis tetapi tidak dikonsolidasi. Dengan demikian, kekuatan perusahaan-perusahaan tersebut bisa powerfull.

"Jadi sebenarnya salah satu kebijakan yang utama dari ET (Menteri BUMN Erick Thohir) adalah holdingisasi ya," ujar Yuswohady saat dihubungi Tempo pada Selasa, 22 Agustus 2023.

Lebih jauh, Yuswohady mengungkapkan adanya kemungkinan pembentukan holding airline. Kemungkinan, kata dia, induknya adalah Garuda Indonesia karena yang paling besar. Dia mencontohkan penggabungan Bio Farma, PT Kimia Farma Tbk, dan PT Indofarma Tbk. Ketiga perusahaan tersebut membentuk holding farmasi dengan Bio Farma sebagai induk.

"Tetapi menurut saya karena Citilink sudah ada di dalam payung Garuda selama ini, jadi sebenarnya cuma nambah Pelita," ungkap Yuswohady. "Menurut saya, risiko kegagalan ngga begitu tinggi, nggak begitu ekstrem."

Keuntungan dan kelemahan merger menurut pakar marketing

Yuswohady mengungkapkan, ada keuntungan maupun kelemahan dari penggabungan Garuda, Citilink, dan Pelita Air. Penggabungan ketiga perusahaan tersebut bisa menguntungkan dari sisi size atau ukuran. 

"Airline itu size does matter," ujar dia.

Menurut Yuswohady, jika armada disatukan dari sisi pembelian maupun perawatan, akan terjadi efisiensi produktivitas dibandingkan setiap perusahaan berjalan sendiri-sendiri.

"Pembelian pesawat misalnya, kalau size-nya besar, maka daya bargaining-nya juga akan lebih besar," beber dia.

Namun ada juga tantangannya, yakni perbedaan budaya maupun model bisnis harus disatukan. Yuswohady menyebut, ketiga maskapai BUMN itu memiliki segmen pasarnya masing-masing. 

"Garuda kan punya segmen di atas, Citilink lebih ke bawah budget airline, Pelita juga lebih ke corporate ya lebih ke penyewaan secara private," tutur dia.

AMELIA RAHIMA SARI | CAESAR AKBAR

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus