Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Kritik Smelter Milik Cina, Gerindra: Peraturan Dianggap Bungkus Kacang Goreng

Anggota Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Gerindra, Andre Rosiade, mengkritik sejumlah pihak pengelola smelter milik Cina di Indonesia.

29 September 2020 | 14.19 WIB

Aturan 'Wajib Smelter' Dikaji Ulang
Perbesar
Aturan 'Wajib Smelter' Dikaji Ulang

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Gerindra, Andre Rosiade, mengkritik sejumlah pihak pengelola smelter milik Cina di Indonesia, seperti Morowali dan Konawe, yang acap kali membeli sumber daya alam seperti nikel dengan harga murah. Dia menuding keberadaan smelter-smelter tersebut membuat negara rugi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

“Smelter milik Cina merugikan negara. SDA (sumber daya alam) nikel kita dibeli dengan harga murah dan Peraturan Menteri ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) dianggap bungkus kacang goreng karena mereka (investor) tidak pernah mau mengikuti (aturan),” ujar Andre dalam rapat dengar pendapat yang digelar Komisi VI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, 29 September 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Andre tidak menerangkan lebih lanjut data harga pembelian nikel oleh smelter Cina yang ia sebut sangat rendah. Adapun harga jual nikel diatur dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 11 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri ESDM Nomor 07 Tahun 2017 tentang Tata-Cara Penetapan Harga Patokan Penjualan Mineral, Logam, Batubara.

Lebih lanjut, Andre juga mengkritik sikap pemerintah yang justru kendur terhadap investor Negeri Tirai Bambu. Ia menilai pemerintah memfasilitasi Cina memperoleh harga murah untuk pembelian nikel. “Jadi seekan-akan smelter (asal) Cina untouchable (tidak tersentuh),” ucapnya.

Menurut Andre, perusahaan pelat merah pertambangan yang tergabung dalam grup MIND ID semestinya dapat bekerja sama membangun smelter baru untuk industri hilirisasi. Ia berharap langkah ini optimal untuk pemulihan ekonomi di sektor energi di masa mendatang.

Ia pun meminta pemerintah dan mitranya menggandeng pengusaha nikel lokal. Dengan begitu, pengusaha lokal bakal memperoleh harga terbaik.

Francisca Christy Rosana

Lulus dari Universitas Gadjah Mada jurusan Sastra Indonesia pada 2014, ia bergabung dengan Tempo pada 2015. Kini meliput isu politik untuk desk Nasional dan salah satu host siniar Bocor Alus Politik di YouTube Tempodotco. Ia meliput kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke beberapa negara, termasuk Indonesia, pada 2024 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus