Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Kubu Prabowo Sentil soal Utang Bank BUMN Melonjak di Era Jokowi

Juru bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto - Sandiaga Uno, Gamal Albinsaid mengkritik utang bank BUMN yang besarnya dinilai cukup besar.

8 Januari 2019 | 18.15 WIB

Chief Executive Officer (CEO) Indonesia Medika, Gamal Albinsaid, di Jakarta, 22 Maret 2016. TEMPO/Frannoto
Perbesar
Chief Executive Officer (CEO) Indonesia Medika, Gamal Albinsaid, di Jakarta, 22 Maret 2016. TEMPO/Frannoto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Juru bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto - Sandiaga Uno, Gamal Albinsaid mengkritik utang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang besarnya dinilai cukup besar. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Melalui akun Twitter-nya, @Gamal_Albinsaid, ia menampilkan data sejumlah perusahaan pelat merah yang memiliki utang besar tersebut. "Ini bukan soal angka, ini soal luka, Luka Indonesiaku. Saya katakan ini karena saya menyadari betapa beratnya tugas yang menunggu kita semua di depan sana," kata Gamal, Sabtu, 5 Januari 2019.

Gamal kemudian mengunggah sejumlah infografik, salah satunya dengan judul Utang BUMN Membengkak. Di situ ditampilkan data 10 BUMN pemilik utang terbesar yakni: PT BRI Tbk. dengan nilai utang Rp 1.008 triliun, PT Bank Mandiri Tbk. Rp 997 triliun, PT BNI Tbk, Rp 660 triliun, PT PLN Rp 543 triliun dan PT Pertamina Rp Rp 522 triliun.

Sisanya adalah PT BTN Tbk, dengan utang sebesar Rp 249 triliun, PT Taspen Rp 222 triliun, PT Waskita Karya Tbk. Rp 102 triliun, PT Telkom Indonesia Tbk. Rp 99 triliun, dan PT Pupuk Indonesia Rp 76 triliun. Cuitan itu kemudian berkembang viral dan banyak dibicarakan oleh netizen. Tercatat hingga kini, cuitan itu menuai 2.600 komentar, disukai oleh 4.023 netizen dan di-retweet hingga 2.605 kali.

Salah satu netizen bernama Don melalui akun Twitter @don_rahmad mempertanyakan data utang bank BUMN tersebut. "Tahukah anda semakin besar utang bank BUMN itu, justru semakin bagus. Makin byk kredit yg bisa dikucurkan ke masyarakat. Utang itu urat nadi perbankan. Makanya Bank2 itu tiap hari berusaha menambah utang," ujarnya, Ahad, 6 Januari 2019.

Hal senada disampaikan oleh Sulthonul Aulia. "Jadi yg dimaksud "utang" BUMN BRI itu dapet dari lapkeu Q3 September 2018? Lah itu dana tabungan, deposito dll, dana pihak ketiga nasabah emang dianggap "liabilitas" wong punya mereka uangnya," cuitnya melalui akun ‏@sulthonulaulia.

Sebelumnya, Deputi Bidang Restrukturisasi Kementerian Badan Usaha Milik Negara Aloysius Kiik Ro menjelaskan asal usul utang perusahaan pelat merah yang menembus Rp 5.271 triliun pada September 2018. Menurut dia, utang tersebut bukan utang riil.

Khususnya terkait utang BUMN di sektor keuangan, kata Aloysius, ada Rp 3.311 triliun dalam bentuk dana pihak ketiga berupa simpanan yang tidak harus dibayar kembali. "Itu simpanan, bukan benar-benar utang melainkan dana pihak ketiga," ujarnya di kantor Kementerian BUMN, Selasa, 4 Desember 2018.

Bank BRI misalnya, tercatat memiliki utang terbesar Rp 1.008 triliun. Namun dana pihak ketiga di bank tersebut mencapai Rp 873 triliun. Sehingga, kata Aloysius, utang rill Bank BRI adalah Rp 135 triliun.

Begitu pula Bank Mandiri dengan utang Rp 977 triliun, namun utang rill di bank tersebut adalah Rp 166 triliun. Bank BNI memiliki utang Rp 660 triliun, namun utang rill adalah Rp 111 triliun.

Simak berita terkait Prabowo hanya di Tempo.co.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus