Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Masyarakat Mengeluh Harga Pangan Melambung, Tom Lembong: Tapi Separuh dari Panen RI Dibuang

Co-Captain Timnas AMIN, Tom Lembong, angkat bicara soal melambungnya harga pangan.

10 Februari 2024 | 08.56 WIB

Co-Captain Tim Nasional Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Timnas AMIN) Thomas Trikasih Lembong usai acara diskusi Melek APBN X HARSA di kawasan Senayan, Jakarta pada Jumat malam, 9 Februari 2024. TEMPO/Yohanes Maharso Joharsoyo
Perbesar
Co-Captain Tim Nasional Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Timnas AMIN) Thomas Trikasih Lembong usai acara diskusi Melek APBN X HARSA di kawasan Senayan, Jakarta pada Jumat malam, 9 Februari 2024. TEMPO/Yohanes Maharso Joharsoyo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Co-Captain Tim Nasional Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Timnas AMIN), Thomas Trikasih Lembong alias Tom Lembong, angkat bicara soal melambungnya harga pangan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Semua masyarakat mengeluh mengenai harga pangan yang melambung, tapi faktanya lebih dari separuh dari hasil pertanian kita dibuang," kata Tom dalam diskusi di kawasan Senayan, Jakarta pada Jumat malam, 9 Februari 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Tom, ini adalah hal yang ironis. Dia lalu menyebut istilah food loss.

Food loss, ujar Tom, terjadi di tingkat petani dan logistik. Misalnya, hasil panen yang sengaja dibuang lantaran dimakan tikus atau serangga lain.

"Jadi, investasi dalam pergudangan dan wadah tahan serangga itu akan sangat membantu untuk meningkatkan kuantitas pangan yang tersedia di pasar," kata Tom.

Dengan begitu, ujar dia, akan muncul win-win solution. Petani tidak rugi karena kualitas produk terjaga dan hasil panen tidak berkurang.

Di sisi lain, konsumen juga bisa menikmati harga pangan lebih rendah. Sebab mekanisme pasar berlaku, ketika stok produk banyak otomatis harga menjadi lebih rendah.

Sebelumnya dilaporkan harga komoditas bahan pangan mayoritas mengalami kenaikan menjelang libur panjang pekan ini. Per Kamis, 8 Februari 2024, misalnya, sejumlah harga pangan yang naik adalah beras premium, bawang merah, bawah putih, dan cabai merah keriting.

Selain itu harga daging sapi, daging ayam ras, telur ayam, gula konsumsi, minyak goreng kemasan sederhana, tepung terigu, dan jagung peternak juga naik. Sementara hanya beras medium, kedelai biji, dan minyak goreng curah yang turun harganya.

Berdasarkan panel harga pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas), harga cabai merah keriting dan cabai rawit merah juga mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan harga pekan sebelumnya. Cabai merah keriting naik 0,85 persen menjadi Rp 51.150 dan cabai rawit merah naik 2,24 persen menjadi Rp 43.900. Harga cabai rawit merah tertinggi tembus  Rp 130 ribu di Provinsi Papua Pegunungan. 

Kenaikan harga bahan pokok juga terjadi pada bawang merah dan bawang putih. Bawang merah naik 1,30 persen menjadi Rp 33.480, sedangkan bawang putih naik 0,13 persen menjadi Rp 38.570. Untuk harga beras, beras premium mengalami kenaikan 0,13 persen menjadi Rp 15.610 per kilogram.

Begitu pula dengan harga daging sapi dan daging ayam ras. Daging sapi murni naik 0,73 persen menjadi Rp 134.610 dan daging ayam ras naik 0,84 persen menjadi Rp 35.960. Telur ayam juga naik 0,39 persen menjadi Rp 28.590.

Selain itu, minyak goreng kemasan sederhana dan tepung terigu, keduanya turut mengalami kenaikan harga. Minyak goreng kemasan sederhana naik 0,23 persen menjadi Rp 17.400 per kilogram, dan tepung terigu (curah) naik 0,28 persen menjadi Rp 10.640 per kilogram.

 

AMELIA RAHIMA SARI | YOHANNES MAHARSO

Amelia Rahima Sari

Alumnus Antropologi Universitas Airlangga ini mengawali karire jurnalistik di Tempo sejak 2021 lewat program magang plus selama setahun. Amel, begitu ia disapa, kembali ke Tempo pada 2023 sebagai reporter. Pernah meliput isu ekonomi bisnis, politik, dan kini tengah menjadi awak redaksi hukum kriminal. Ia menjadi juara 1 lomba menulis artikel antropologi Universitas Udayana pada 2020. Artikel yang menjuarai ajang tersebut lalu terbit di buku "Rekam Jejak Budaya Rempah di Nusantara".

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus