Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ADIDAS (Indonesia), perusahaan yang mengimpor peralatan olahraga
yang tersohor itu, kini mulai membuatnya sendiri. Produksi
pertama yang keluar dari pabrik milik PT Orindo Murni--yang
selama ini menjadi agen tunggal Adidas - ialah bola tendang.
Pabrik yang beroperasi sejak tiga bulan silam di Jalan Melawai,
Kebayoran Baru, kelihatannya seperti rumah tinggal biasa. Tidak
ada kesan gemuruh mesin modern yang setiap detik menelurkan bola
bertuliskan: Adidas. Di sebuah ruangan ukuran 4 x 5 meter,
misalnya, terdapat mesin pres untuk melengketkan kulit atau
kulit sintetis dengan kain, tempat bahan baku, mesin pemotong
dan alat pencetak logo Adidas. Dua ruangan nampak dijejali
sekitar 37 pekerja menjahit kulit bola.
Gagasan mendirikan pabrik bola itu muncul 1979, setelah PMDN
Orindo. Murni mendapat lisensi dari pusat Adidas France,
Prancis. Setelah mengadakan studi kelayakan, PT Orindo Murni
mengundang tenaga ahli dari pabrik pusatnya. "Saya di sini
terutama untuk meneliti bahan baku bola," kata Manual Carrido,
manajer tekniknya. Dengan bekal pengalaman di pabrik bola
Adidas berbagai negara seperti Brazilia, Argentina, dan Spanyol,
Garrido mulai mengajari tenaga kerja Indonesia untuk membuat
bola dengan standar internasional.
Bola tendang merk Adidas itu hampir 90% digarap dengan tangan.
Mesin hanya digunakan untuk melekatkan kulit atau bahan sintetis
dengan kain, membuat potongan segi enam dan segi lima untuk
kulit bola, mengecat dan memasang logo Adidas. Rata-rata seorang
penjahit bisa merampungkan 3 bola sehari. Upah menjahit kepingan
kulit bola dengan tangan itu Rp 1.100 sehari, ditambah bonus Rp
5.000 sebulan. Untuk perangsang mereka juga menerima tambahan Rp
350 tiap bola setelah menyelesaikan tiga butir. Setiap bulan
pabrik itu rata-rata mampu membuat sedikitnya 3.000 bola.
Gaji yang mereka peroleh ternyata belum seberapa, kalau diukur
dari kebutuhan hidup satu bulan, dan ketrampilan jahit-menjahit
bola yang dituntut dari para karyawan. Tapi Garrido punya
alasan, "tempat ini hanya sebagai latihan," katanya. Latihan?
Rupanya yang dimaksudkan orang Prancis itu adalah rencana Orindo
Murni pindah ke kawasan industri Pulo Gadung. Dan di tempat yang
baru kelak, menurut Garrido, para karyawan akan ditingkatkan
menjadi 300. Akan lebih sedap kalau gaji mereka ikut pula
ditingkatkan. Termasuk tukang-tukang jahit yang akan naik
pangkat sebagai pengawas.
Semua keinginan itu nampaknya bukan tak terjangkau, kalau saja
diingatAdidas Indonesia akan mampu memenuhi kebutuhan bola sepak
untuk konsumsi dalam negeri sebanyak 80.000 buah setahun.
Sasaran produksinya ratarata 10.000 buah sebulan. Nampaknya
Adidas lokal itu juga akan lebih mudah menembus pasaran,
dibandingkan dengan bola sepak Adidas impor atau merk lain
dari luar yang biasanya dihadang bea masuk yang tinggi.
Maka untuk membeli bola sepak Adidas Tango Espana '82--yang
digunakan dalam pertandingan perebutan Piala Dunia 1982 di
Spanyol--orang harus membayar sekitar Rp 40.000 sebuah. Sedang
jenis serupa keluaran Jakarta yang dengan senlirinya, bebas bea
masuk kecuali untuk satu-dua komponen impor, bisa diperoleh
dengan Rp 22.000. Begitu pula yang masuk dari Jepang, Korea
Selatan, atau Taiwan, jenis Tango Sevilla atau Madrid. Jenis
terakhir ini yang terbuat dari campuran kulit asli dan bahan
sintetis, berharga Rp 13.000--Rp 3.000 lebih mahal dari jenis
serupa keluaran Jakarta.
Ada keuntungan lain: PSSI juga telah membuat kontrak Rp 18 juta
dengan Orindo Murni untuk memenuhi kebutuhan bola sepak klub
nasional itu selama 4 tahun. Bola standar berukuran 68-71 cm,
berat 425 - 450 gram itu, menurut yang empunya cerita, banyak
dibuat dengan bahan baku lokal, kecuali bahan kimia untuk lem
dari Jerman Barat dan karet yang masih didatangkan dari Italia,
negeri pemenang No. 1 Piala Dunia lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo