Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Menggelinding dari melawai

PT Orindo Murni yang selama ini menjadi agen tunggal adidas, kini mulai memproduksi sendiri, mendapat lisensi dari pusat adidas france, prancis. (eb)

6 November 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADIDAS (Indonesia), perusahaan yang mengimpor peralatan olahraga yang tersohor itu, kini mulai membuatnya sendiri. Produksi pertama yang keluar dari pabrik milik PT Orindo Murni--yang selama ini menjadi agen tunggal Adidas - ialah bola tendang. Pabrik yang beroperasi sejak tiga bulan silam di Jalan Melawai, Kebayoran Baru, kelihatannya seperti rumah tinggal biasa. Tidak ada kesan gemuruh mesin modern yang setiap detik menelurkan bola bertuliskan: Adidas. Di sebuah ruangan ukuran 4 x 5 meter, misalnya, terdapat mesin pres untuk melengketkan kulit atau kulit sintetis dengan kain, tempat bahan baku, mesin pemotong dan alat pencetak logo Adidas. Dua ruangan nampak dijejali sekitar 37 pekerja menjahit kulit bola. Gagasan mendirikan pabrik bola itu muncul 1979, setelah PMDN Orindo. Murni mendapat lisensi dari pusat Adidas France, Prancis. Setelah mengadakan studi kelayakan, PT Orindo Murni mengundang tenaga ahli dari pabrik pusatnya. "Saya di sini terutama untuk meneliti bahan baku bola," kata Manual Carrido, manajer tekniknya. Dengan bekal pengalaman di pabrik bola Adidas berbagai negara seperti Brazilia, Argentina, dan Spanyol, Garrido mulai mengajari tenaga kerja Indonesia untuk membuat bola dengan standar internasional. Bola tendang merk Adidas itu hampir 90% digarap dengan tangan. Mesin hanya digunakan untuk melekatkan kulit atau bahan sintetis dengan kain, membuat potongan segi enam dan segi lima untuk kulit bola, mengecat dan memasang logo Adidas. Rata-rata seorang penjahit bisa merampungkan 3 bola sehari. Upah menjahit kepingan kulit bola dengan tangan itu Rp 1.100 sehari, ditambah bonus Rp 5.000 sebulan. Untuk perangsang mereka juga menerima tambahan Rp 350 tiap bola setelah menyelesaikan tiga butir. Setiap bulan pabrik itu rata-rata mampu membuat sedikitnya 3.000 bola. Gaji yang mereka peroleh ternyata belum seberapa, kalau diukur dari kebutuhan hidup satu bulan, dan ketrampilan jahit-menjahit bola yang dituntut dari para karyawan. Tapi Garrido punya alasan, "tempat ini hanya sebagai latihan," katanya. Latihan? Rupanya yang dimaksudkan orang Prancis itu adalah rencana Orindo Murni pindah ke kawasan industri Pulo Gadung. Dan di tempat yang baru kelak, menurut Garrido, para karyawan akan ditingkatkan menjadi 300. Akan lebih sedap kalau gaji mereka ikut pula ditingkatkan. Termasuk tukang-tukang jahit yang akan naik pangkat sebagai pengawas. Semua keinginan itu nampaknya bukan tak terjangkau, kalau saja diingatAdidas Indonesia akan mampu memenuhi kebutuhan bola sepak untuk konsumsi dalam negeri sebanyak 80.000 buah setahun. Sasaran produksinya ratarata 10.000 buah sebulan. Nampaknya Adidas lokal itu juga akan lebih mudah menembus pasaran, dibandingkan dengan bola sepak Adidas impor atau merk lain dari luar yang biasanya dihadang bea masuk yang tinggi. Maka untuk membeli bola sepak Adidas Tango Espana '82--yang digunakan dalam pertandingan perebutan Piala Dunia 1982 di Spanyol--orang harus membayar sekitar Rp 40.000 sebuah. Sedang jenis serupa keluaran Jakarta yang dengan senlirinya, bebas bea masuk kecuali untuk satu-dua komponen impor, bisa diperoleh dengan Rp 22.000. Begitu pula yang masuk dari Jepang, Korea Selatan, atau Taiwan, jenis Tango Sevilla atau Madrid. Jenis terakhir ini yang terbuat dari campuran kulit asli dan bahan sintetis, berharga Rp 13.000--Rp 3.000 lebih mahal dari jenis serupa keluaran Jakarta. Ada keuntungan lain: PSSI juga telah membuat kontrak Rp 18 juta dengan Orindo Murni untuk memenuhi kebutuhan bola sepak klub nasional itu selama 4 tahun. Bola standar berukuran 68-71 cm, berat 425 - 450 gram itu, menurut yang empunya cerita, banyak dibuat dengan bahan baku lokal, kecuali bahan kimia untuk lem dari Jerman Barat dan karet yang masih didatangkan dari Italia, negeri pemenang No. 1 Piala Dunia lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus