Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia (BI) dan pakar ekonomi mengungkapkan sejumlah penyebab kurs rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat pada perdagangan akhir pekan ini. Pelemahan nilai tukar tersebut terjadi usai pengumuman keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang mempertahankan suku bunga BI Rate.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Adapun pada akhir perdagangan Kamis, 20 Juni 2024, rupiah turun 65 poin atau 0,40 persen menjadi Rp 16.430 per dolar AS dari penutupan perdagangan sebelumnya pada Jumat, 14 Juni 2024 sebesar Rp16.365 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar berdasarkan data Bloomberg pada Kamis sore terpantau naik 0,24 persen ke posisi 105,132.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Bank Indonesia masih tetap mempertahankan suku bunganya pada level 6,25 persen,” kata analis Bank Woori Saudara Rully Nova, di Jakarta, Rabu, 19 Juni 2024.
Penyebab Rupiah melemah menurut BI
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan ada tiga faktor yang membuat rupiah kembali melemah. Salah satunya faktor teknikal mengenai persepsi kesinambungan fiskal pemerintah ke depan. Perry menyampaikan ini usai rapat Presiden Joko Widodo atau Jokowi dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Istana Kepresidenan Jakarta pada Kamis sore, 20 Juni 2024.
Faktor pertama yang yang disorot oleh Gubernur BI adalah faktor global, seperti Fed Fund Rate yang tidak dapat diprediksi dan kenaikan suku bunga obligasi pemerintahan Amerika 4,5 persen hingga 6 persen. BI juga menyoroti kebijakan Bank Sentral Eropa (ECB) yang menurunkan suku bunga, menyebabkan sentimen global memberikan dampak ke pelemahan nilai tukar.
Faktor kedua yaitu soal sentimen domestik, Perry menyebut di triwulan II yang akan berakhir pada Juni terjadi kenaikan permintaan (dolar AS) oleh korporat. Pada triwulan II, Gubernur BI menyebut korporasi perlu melakukan repatriasi dividen dan perlu juga untuk membayar utang.
“Ketiga, seperti yang dibilang (Menteri Keuangan) Bu Sri Mulyani, masalah persepsi sustainabilitas fiskal ke depan, itu membuat sentimen kemudian menjadi tekanan nilai tukar rupiah,” kata Perry usai rapat.
Penyebab Rupiah melemah menurut pakar ekonomi
Pelemahan rupiah pada akhir pekan ini sudah diprediksi oleh Pengamat Perbankan dan Praktisi Sistem Pembayaran, Arianto Muditomo. “Secara fundamental pasar, rupiah masih akan mengalami tekanan,” kata Arianto kepada Tempo melalui aplikasi perpesanan pada Rabu lalu. Pihaknya bahkan memproyeksikan mata uang rupiah akan melemah hingga Rp 16.900.
Menurut Arianto, proyeksi rupiah bisa tembus Rp 17.000 menjadi skenario terburuk yang berkaitan dengan suku bunga di AS, tingkat permintaan pasar ekspor Indonesia dan ketidakpastian global. Selain itu, fundamental ekonomi Indonesia dan kondisi global juga akan memainkan peran penting dalam menentukan nilai tukar rupiah terhadap valuta asing.
Dia menguraikan ada tiga faktor yang menyebabkan pelemahan mata uang rupiah;
Faktor pertama, penguatan dolar AS yang didorong oleh kebijakan moneter ketat bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) untuk meredam inflasi.
Faktor kedua, aliran modal asing yang keluar. Hal ini terjadi karena investor mencari imbal hasil yang lebih tinggi di negara lain, terutama di negara maju.
Faktor ketiga, mengenai ketidakpastian global. “Ketidakpastian global seperti perang di Ukraina dan potensi resesi di beberapa negara maju juga turut menekan nilai tukar rupiah,” tuturnya.
HENDRIK KHOIRUL MUHID | DANIEL A. FAJRI | ANNISA FEBIOLA | GRACE GANDHI
Pilihan Editor: Rupiah Melemah Usai RDG BI Umumkan Pertahankan Suku Bunga