Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah negara mempunyai rapor pertumbuhan ekonomi yang melamban pada kuartal pertama 2025. Salah satunya adalah Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Badan Pusat Statistik (BPS) menghitung, selama tiga bulan perdana 2025 pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya sebesar 4,87 persen melambat dibanding kuartal sebelumnya yang masih tumbuh 5,02 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ada berbagai penyebab mengapa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada periode Januari-Maret 2025 ini tumbuh lebih kecil dibandingkan periode yang sama tahun lalu 5,11 persen. Pertama, konsumsi rumah tangga yang meningkat hanya 4,89 persen lebih rendah daripada tahun lalu. Kedua, deflasi, penurunan tabungan masyarakat dan daya beli. Ketiga, penurunan kenaikan investasi yang hanya tumbuh 2,1 persen. Keempat, pelemahan belanja pemerintah dan pemangkasan anggaran.
Selain Indonesia, dilansir dari laman Trading Economics dan Xinhua terdapat negara lain yang juga mengalami pertumbuhan ekonomi yang melambat pada kuartal pertama 2025 yakni Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat dan Singapura.
Jepang
Ekonomi Jepang mengalami kontraksi tahunan sebesar 0,7 persen pada kuartal pertama 2025 yang menandai kontraksi pertama dalam empat kuartal sebagaimana dikutip dari laman Xinhua, Jumat 16 Mei 2025. Secara kuartal, menurut pemerintah Jepang, Produk Domestik Bruto (PDB) riil pada kuartal pertama periode Januari-Maret setelah disesuaikan dengan inflasi, turun 0,2 persen dari kuartal sebelumnya periode Oktober-Desember atau kuartal keempat 2024.
Pada kuartal pertama 2025, ekspor turun 0,6 persen, sementara impor naik 2,9 persen yang berdampak negatif terhadap PDB. Konsumsi swasta yang menyumbang lebih dari separuh output ekonomi Jepang hanya naik 0,04 persen karena dampak harga yang lebih tinggi.
Korea Selatan
PDB riil Korea Selatan menyusut 0,4 persen pada kuartal Januari-Maret secara triwulanan setelah tumbuh selama dua kuartal terakhir karena kemerosotan ekspor, konsumsi, dan investasi yang ditunjukkan data bank sentral Korea Selatan pada hari Kamis, 24 April 2025 sebagaimana dikutip laman Xinhua.
Menurut Bank Korea, angka kuartal pertama jauh di bawah ekspansi 0,2 persen yang diperkirakan pada bulan Februari karena PDB riil setelah disesuaikan secara musiman berkontraksi 0,2 persen pada kuartal Januari-Maret dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang naik 0,1 persen pada kuartal ketiga dan keempat tahun lalu. Penurunan terlihat dari ekspor turun 1,1 persen, impor turut berkurang 2,0 persen, investasi konstruksi turun 3,2 persen, dan investasi fasilitas turun 2,1 persen, bahkan konsumsi swasta juga turun 0,1 persen yang menjadi kemerosotan pertama dalam tiga kuartal terakhir.
Berdasarkan industri, produksi secara musiman menyusut 0,8 persen, begitupun produksi di sektor konstruksi menurun 1,5 persen. Namun, output di sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan naik 3,2 persen sehingga sedikit menurunkan penurunan pertumbuhan ekonomi Korea Selatan.
Amerika Serikat
PDB Amerika Serikat (AS) menyusut pada tingkat tahunan sebesar 0,3 persen pada kuartal pertama 2025 di tengah kebijakan tarif baru yang meningkatkan ketidakpastian dan melemahkan kepercayaan. Angka penurunan itu menyusul pertumbuhan PDB sebesar 2,4 persen pada kuartal keempat 2024, menurut Biro Analisis Ekonomi (Bureau of Economic Analysis/BEA) AS sebagaimana dilansir dari Antara pada Kamis, 1 Mei 2025.
Menurut laporan Biro Analisis Ekonomi AS, akibat kekhawatian akan tarif yang lebih tinggi di masa depan, banyak perusahaan untuk menimbun stoknya. Selain pengaruh tersebut, sektor belanja konsumen yang menyumbang dua pertiga dari PDB AS hanya tumbuh pada laju 1,8 persen, lebih kecil dibandingkan 4,0 persen pada kuartal keempat 2024 begitupun belanja pemerintah federal yang menyusut sebesar 5,1 persen.
Singapura
Ekonomi Singapura tumbuh 3,8 persen secara year on year pada kuartal pertama 2025. Laju pertumbuhan tersebut lebih lambat dibandingkan 5,0 persen yang tercatat pada kuartal Q4 2024. Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura menghubungkan kontraksi dengan penurunan berurutan di sektor manufaktur dan industri jasa berorientasi luar tertentu, seperti keuangan dan asuransi di tengah melemahnya permintaan eksternal.
Rachel Caroline L.Toruan dan Ilona Estherina berkontribusi dalam artikel ini.
Pilihan Editor: AI Mengancam Integritas Informasi