Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Rizal Ramli Sebut Ekonomi Ibarat Lampu Setengah Merah

Bekas Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli menyebut perekonomian Indonesia sulit untuk dipulihkan.

24 Agustus 2018 | 12.10 WIB

Mantan Menko Perekonomian Rizal Ramli berdiri di ruang tunggu Gedung KPK, Jakarta, 2 Mei 2017. ANTARA FOTO
Perbesar
Mantan Menko Perekonomian Rizal Ramli berdiri di ruang tunggu Gedung KPK, Jakarta, 2 Mei 2017. ANTARA FOTO

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Bekas Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli menyebut perekonomian Indonesia sulit untuk dipulihkan. Ia menyebut saat ini kondisi Indonesia jika diibaratkan lampu sudah 'setengah merah' lantaran indikator makro ekonomi hampir semuanya negatif.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca: Rizal Ramli: Sri Mulyani Hanya Berani Debat dengan Zulkifli Hasan

"Perdagangan semester ini negatif, defisit neraca berjalan, defisit anggaran, defisit neraca pembayaran, dan keseimbangan primer juga saya yakin negatif ada hitungannya. Pemerintah terlalu banyak ngibul," ujar Rizal seusai menghadiri acara Hari Ulang Tahun PAN di Kantor Dewan Pimpinan Pusat PAN, Jakarta, Kamis malam, 23 Agustus 2018.

Rizal mengatakan kondisi perekonomian ini semestinya bisa dihindari Indonesia apabila pemerintah bisa meramalkan lebih dini apa yang akan terjadi enam bulan sampai satu tahun ke depan. Dengan demikian, pemerintah bisa merancang skenario terbaik menghadapi gejolak ekonomi yang datang.

Baca: Rizal Ramli Ungkit soal Utang dan Sri Mulyani di Era SBY

Menurut Rizal, daya prediksi itu lah pembeda utama antara ekonom top dengan ekonom biasa. Ekonom top, menurut dia, bisa memproyeksikan kondisi perekonomian beberapa waktu ke depan. "Kalau ekonom yang baru sadar setelah kejadian, itu ekonom payah, kayak orang biasa gitu," ujar Rizal Ramli.

Menurut Rizal, kondisi seperti ini sudah ia duga sejak satu tahun yang lalu. "Ini malah kaget kalau sudah mengalami defisit neraca berjalan dan defisit neraca pembayaran."

Bank Indonesia mencatat Neraca Pembayaran Indonesia  atau NPI pada triwulan II 2018 mengalami defisit sebesar US$ 4,3 miliar. Adapun defisit neraca berjalan pada triwulan II 2018 meningkat sebesar US$ 8 miliar atau 3 persen PDB jika dibandingkan pada triwulan sebelumnya sebesar US$ 5,7 miliar atau 2,2 persen PDB.

Sementara, Badan Pusat Statistik mencatat defisit neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2018 defisit sebesar US$ 2,03 miliar. Angka tersebut memburuk jika dibandingkan neraca perdagangan pada Juni 2018 yang surplus US$ 1,74 miliar.

Sebelumnya Rizal Ramli juga berkomentar soal Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Ketua MPR Zulkifli Hasan yang saling melontarkan pernyataan tajam ihwal utang pemerintah. "Saya bingung kok (Sri Mulyani) beraninya cuma sama Zulkifli Hasan, berani sama Rizal Ramli, dong," ujar Rizal seusai menghadiri acara Hari Ulang Tahun PAN di Kantor Dewan Pimpinan Pusat PAN, Jakarta, Kamis malam, 23 Agustus 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Komentar Rizal merujuk kepada sikap Sri Mulyani yang beberapa kali tak mengacuhkan ajakan debat yang dilontarkan Rizal. Lantaran kerap diabaikan, Rizal kini enggan mengajak Sri Mulyani berdiskusi ekonomi. "Dia kan enggak tertarik. Jokowi (Presiden Joko Widodo) sudah perintahkan, tapi dia tidak punya nyali sama kami. Mana berani sama saya," ujar Rizal Ramli.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus