Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Penguatan indeks dolar Amerika Serikat (AS) selama empat hari berturut-turut menekan mata uang rupiah ke level terendah dalam 10 bulan terakhir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pada perdagangan Kamis, 28 September 2017, pukul 12.40 WIB, rupiah melemah 104 poin atau 0,71 persen ke level Rp 13.549 per dolar AS. Ini merupakan level terendah sejak 1 Desember 2016, yakni di level Rp 13.565 per dolar AS.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Penurunan ini menunjukkan rupiah telah mengalami kemerosotan selama 4 hari berturut-turut sebesar 1,78 persen. Adapun kurs tengah Bank Indonesia (BI) hari ini dipatok Rp 13.464 per dolar AS.
Asia Trade Point Futures dalam publikasi risetnya hari ini menyampaikan, pertemuan Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Partai Republik pada Rabu, 27 September 2017, untuk membahas rincian rencana reformasi pajak, mampu memicu penguatan nilai dolar AS terhadap mata uang utama dunia lainnya.
Tercatat pada akhir sesi perdagangan semalam indeks USD ditutup di level 93,44 atau naik 0,37 persen dan angka ini mendekati level tertinggi sejak 23 Agustus 2017.
Pada perdagangan Kamis, 28 September 2017, pukul 12.30 WIB, indeks dolar AS (DXY) naik 0,206 poin atau 0,22 persen menuju 93,525. Artinya, berbanding terbalik dengan rupiah, sepanjang pekan ini DXY selalu menghijau.
Selain dari sisi internal, DXY juga ditopang faktor eksternal. Di tempat lain, pidato Gubernur BOC Stephen Poloz, meredakan ekspektasi pasar akan adanya kenaikan suku bunga BOC sekali lagi, sehingga cenderung dovish.
Menurut rekomendasi harian ATPF, dengan harga rupiah yang sudah melampaui Rp 13.540 per dolar AS, harga dapat semakin tertekan menuju level Rp 13.605 per dolar AS.