Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno dalam debat cawapres yang sedianya digelar pada malam hari ini diperkirakan bakal banyak membahas soal stuting hingga bonus demografi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Koordinator Juru Debat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto - Sandiaga Uno, Ledia Hanifa Amaliah, pihaknya akan berfokus pada penguatan ketahanan keluarga untuk melindungi anak Indonesia. Hal ini didasari oleh banyak persoalan anak bersumber dari kerentanan keluarga.
Ledia mengatakan beberapa keluarga memiliki ketahanan yang tidak kuat, salah satunya karena mengalami kemiskinan dan pemiskinan sehingga penghambat tumbuh kembang anak. Persoalan yang muncul kemudian adalah anak kurang gizi, yang selanjutnya pada anak tumbuh kerdil atau stunting dan penurunan kecerdasan anak.
Dengan kondisi tersebut bonus demografi yang disebut-sebut Indonesia diperoleh pada 2035 bisa menjadi bencana bila kualitas anak-anak saat ini tidak baik.
Sementara itu, Sandiaga Uno mengatakan bahwa para guru honorer kesejahteraannya harus diperhatikan untuk memberikan rasa keadilan, sebelum meningkatkan kualitasnya. Materi lain yang disiapkannya untuk debat cawapres terkait isu pendidikan yang intinya bukan hanya mendidik anak-anak muda yang cerdas, tapi juga berakhlaktul kharimah memiliki karakter kuat dan budi pekerti.
Sandiaga menyebutkan bahwa pihaknya ingin mendorong pendidikan yang tuntas dan berkualitas. Dengan begitu, kurikulum ke depan dipastikan tidak hanya menjejali siswa dengan begitu banyak beban pelajaran, sehingga peserta didik dan pendidiknya kerepotan karena terlalu banyak beban kurikulumnya.
Tak hanya itu, Sandiaga juga akan memperkenalkan konsep Rumah Siap Kerja untuk menanggulangi pengangguran di Indonesia, terutama di kalangan kaum muda. Konsep ini diperkenalkannya sebagai suatu solusi untuk memberikan jalan keluar bagi kaum muda yang menganggur di daerah perkotaan dan perdesaan, yang mencari lapangan kerja maupun berkeinginan untuk menjadi wirausaha.
"Indonesia memiliki kurang lebih 7 sampai 8 juta pengangguran, di mana sebagian besarnya adalah anak-anak muda di usia produktif," kata Sandiaga.
Dengan bonus demografi yang dimiliki di masa mendatang, menurut Sandiaga, masalah pengangguran bakal jadi masalah besar di kemudian hari. Terlebih, bila hal tersebut tidak ditanggulangi dengan strategi dan program yang baik dan terintegrasi.
Lebih jauh Sandiaga menyebut tingkat pengangguran Indonesia meningkat 5,34 persen pada kuartal ketiga tahun 2018. Sebelumnya pada kuartal pertama tahun lalu angkanya sebesar 5,13 persen.
ANTARA