Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Selaras Isu Utama G20, Indonesia Gandeng World Bank dalam Proyek Mangrove

Proyek Mangrove tersebut sejalan dengan upaya Indonesia dalam gelaran G20 yang menjadikan isu utama pengendalian perubahan iklim

18 Februari 2022 | 15.01 WIB

Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan di Kota Tarakan, Kalimantan Utara. TEMPO/MARTHA WARTA SILABAN
Perbesar
Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan di Kota Tarakan, Kalimantan Utara. TEMPO/MARTHA WARTA SILABAN

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta -Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk melakukan pemulihan dan perlindungan mangrove, salah satunya dengan menggandeng Bank Dunia (World Bank). Kerja sama tersebut untuk menjalankan Proyek Mangrove untuk Ketahanan Masyarakat di Kawasan Pesisir (Mangrove for Coastal Resilience Program, M4CR).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Proyek Mangrove tersebut sejalan dengan upaya Indonesia dalam gelaran G20 yang menjadikan isu utama pengendalian perubahan iklim melalui rehabilitasi mangrove. Pemerintah Indonesia akan menjadikan mangrove sebagai show case kepada para pemimpin negara yang tergabung di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 pada tahun ini di Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Bapak Presiden menginstruksikan kami untuk melakukan rehabilitasi mangrove. Pada tahun 2020 kami memulainya dengan menanam mangrove seluas 63 ribu hektar,” ujar Menteri KLHK Siti Nurbaya dikutip dari siaran pers, Jumat, 18 Februari 2022. 

Kegiatan konsultasi publik bersama Bank Dunia tersebut juga dihadiri oleh  Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) serta para pejabat daerah dari empat provinsi dimana proyek akan dilaksanakan yaitu Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara.

Lebih lanjut, Menteri Siti menjelaskan upaya pengendalian perubahan iklim di Indonesia, khususnya terkait dengan pengurangan emisi karbon dari ekosistem mangrove atau blue carbon. Pemerintah Indonesia telah menyiapkan skenario paling ambisius yaitu LCCP (Low Carbon Compatible with Paris Agreement), dimana secara nasional Indonesia akan mencapai peaking pada tahun 2030 dengan sektor Kehutanan dan penggunaan lahan lain (FOLU) sudah mulai net sink.

Sementara itu, World Bank Managing Director for Operations Axel van Trotsenburg, mengungkapkan setuju bahwa ekosistem mangrove memberikan kontribusi signifikan terhadap pengendalian perubahan iklim. Dia juga mengapresiasi inisiatif Indonesia menjadikan mangrove sebagai salah satu isu utama pada Presidensi G20 Indonesia.

“Berbicara upaya pengendalian perubahan iklim, sudah banyak orang mengangkat topik tentang polusi, energi dan sebagainya, tetapi hanya sedikit yang membicarakan mangrove. Kita harus melihatnya secara holistik, dan menjadikan mangrove bagian dari upaya tersebut. Sehingga, kerjasama kita melalui proyek ini juga dapat menjadi sebuah solusi,” tuturnya.

Pada pertemuan tersebut, Menteri LHK Siti Nurbaya didampingi oleh Kepala BRGM Hartono, beserta jajaran Eselon I KLHK dan BRGM. Sementara, World Bank Managing Director for Operations Axel van Trotsenburg, didampingi oleh Vice President for East Asia and the Pacific Manuela Ferro, Country Director for Indonesia and Timor Leste Satu Kahkonen.

Di akhir pertemuan ini, delegasi World Bank dan para pejabat yang hadir melakukan penanaman mangrove di Taman Wisata Alam (TWA) Mangrove Angke Kapuk, sebagai salah satu aksi nyata untuk mengatasi perubahan iklim.

Baca Juga: Jokowi Bertemu Bank Dunia Bahas Transisi Energi hingga Kenaikan Harga Pangan

BILADI MUHAMMAD

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus