Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

TalentHub Ungkap Kesenjangan Keterampilan Masalah Utama Ketenagakerjaan

Program pengembangan tenaga kerja di bawah Kementerian Ketenagakerjaan TalentHub sebut kesenjangan keterampilan jadi masalah ketenagakerjaan.

18 November 2023 | 18.19 WIB

Ilustrasi peningkatan kualitas tenaga kerja dari lulusan SMK dan Pendidikan Vokasi. Foto: freepik
Perbesar
Ilustrasi peningkatan kualitas tenaga kerja dari lulusan SMK dan Pendidikan Vokasi. Foto: freepik

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Program pengembangan tenaga kerja di bawah Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) TalentHub mengatakan masalah utama ketenagakerjaan adalah kesenjangan keterampilan alias skill gap.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Managing Director TalentHub Kemnaker Ahmad Lutfi mengatakan fenomena-fenomena ketenagakerjaan yang terjadi di Indonesia memiliki sebuah masalah utama. Dulu masalahnya adalah link and match, yaitu menghubungkan dunia pendidikan dengan industri kerja.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Sekarang skill gap, sampai saat ini urusannya adalah skill gap," kata Luthfi dalam Diskusi Safari 2024 x Talent Fest di Jakarta Selatan, Sabtu, 18 November 2023. 

Hal ini dia ketahui dari program Talent Scouting di 10 provinsi. Program itu adalah kegiatan pemetaan, pendampingan, dan pembinaan talenta muda melalui kompetisi inovator muda.

Oleh sebab itu, TalentHub melakukan pengembangan talenta muda dengan berbagai program. Contohnya adalah Talent Scouting, Talent Class, Job Connect, dan sebagainya.

"Selain itu, semua permasalahan tidak bisa disamakan dengan Jakarta," ucap Luthfi.

Dia menceritakan, hal ini disadari oleh TalentHub ketika melakukan Talent Scouting di daerah timur. Pada waktu itu, seorang peserta mengatakan lebih baik diberikan pelatihan menyetir eskavator dibandingkan digital marketing.

"Karena semuanya tidak bisa dilihat dengan kacamata Jakarta," tutur Luthfi.

Dia menuturkan, secara demand atau permintaan, pekerjaan-pekerjaan kerah putih alias white collar cenderung naik jika dibandingkan dengan kerah biru alias blue collar. Tapi, rasionya bisa saja berbeda.

Dilansir dari laman Forbes, pekerjaan kerah biru cenderung memerlukan pekerjaan manual dan bekerja dengan tangan dan peralatan. Sementara pekerjaan kerah putih terdiri dari pekerjaan kantor, administrasi, dan manajerial. 

"Di Jakarta mungkin white collar akan lebih tinggi secara demand, tapi di daerah blue collar akan jauh lebih tinggi karena mulai ke operasional person, bukan strategical person," tutur Luthfi.

Amelia Rahima Sari

Alumnus Antropologi Universitas Airlangga ini mengawali karire jurnalistik di Tempo sejak 2021 lewat program magang plus selama setahun. Amel, begitu ia disapa, kembali ke Tempo pada 2023 sebagai reporter. Pernah meliput isu ekonomi bisnis, politik, dan kini tengah menjadi awak redaksi hukum kriminal. Ia menjadi juara 1 lomba menulis artikel antropologi Universitas Udayana pada 2020. Artikel yang menjuarai ajang tersebut lalu terbit di buku "Rekam Jejak Budaya Rempah di Nusantara".

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus