Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Transportasi Daring Dituding Penyebab Tumbangnya Taksi Express

Penyebab utama tumbangnya taksi Express adalah kurangnya kontrol pemerintah terhadap menjamurnya transportasi daring.

6 Oktober 2017 | 05.51 WIB

Taksi Express. TEMPO/Tony Hartawan
Perbesar
Taksi Express. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta -Ketua Organda DKI Jakarta yang juga Direktur Independen PT Express Trasindo Utama Shafruhan Sinungan mengatakan penyebab dari menurunnya kinerja keuangan Express Trasindo bukan pada manajemen perusahaan taksi Express, Menurut Shafruhan, penyebab utamanya adalah kurangnya kontrol pemerintah terhadap menjamurnya transportasi daring.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

"Ini semua kuncinya bukan di manajemen atau kualitas layanan perusahaan. Ini masalah regulasi transportasi yang tidak diterapkan dengan benar oleh pemerintah, sehingga terjadi persaingan yang tidak sehat," kata Shafruhan saat dihubungi Tempo, Rabu 10 Oktober 2017.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Shafruhan mengatakan, regulasi yang dilanggar oleh para pengelola taksi daring adalah UU No 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan. “Di undang-undang tersebut dijelaskan, semua angkutan umum harus berbadan hukum. Kemudian harus memperoleh izin pengelola angkutan umum dan lulus uji KIR. Tapi mereka semua menolak dan pemerintah tidak mengambil sikap,” kata dia.

Shafruhan mengatakan, segala siasat telah dilakukan untuk menjaga keuangan perusahaan, seperti menurunkan setoransopir dan menambah wilayah operasi ke Hotel berbintang dan bandar udara. Namun segala siasat tersebut tidak mampu menahan anjoknya kinerja keuangan perusahaan tahun ini.

Shafruhan mengatakan, kerja sama yang pernah terjalin antara Uber dan Express Trasindo Utama tidak memberikan keuntungan secara signifikan. Menurut Shafruhan, kerja sama tersebut hanya menguntungkan bagi pihak Uber tetapi tidak dengan Express. “Itu politis saja tidak ada untungnya. Bahwa sebenarnya kerja sama itu tidak menguntungkan operator secara langsung,” kata dia.

“Misalnya kita naik Uber dengan menggunakan Taksi Express, ada dua tarif kan. Sedangkan yang dipakai oleh penumpang adalah tarif yang ditentukan oleh Uber atau Grab. Selisihnya itu menjadi beban perusahaan,” ujar Shafruhan.

Kinerja keuangan Express Trasindo Utama menurun sebanyak 57 persen di semester satu 2017. Pendapatan perusahaan tercatat di angka Rp 158,73 miliar. Hal ini menurun hingga separuh lebih dibandingkan pendapatan semester pertama 2016 yakni sebesar Rp 374,06 miliar.

Untuk membantu membiayai kegiatan operasional, PT Express Trasindo Utama disebutkan mengandalkan sumber pendanaan secara eksternal terutama dari penggunaan hutang.

Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan hutang bank jangka pendek perusahaan naik 2,18 persen naik dari Rp 67,95 miliar menjadi Rp 69,44 miliar dibandingkan posisi per akhir tahun 2016 sebesar.

Selain itu hutang bank jangka panjang taksi Express yang jatuh tempo dalam satu tahun meningkat menjadi Rp 25,24 miliar dari posisi nol di akhir 2016. Begitu juga dengan hutang obligasi. Hingga akhir semester pertama 2017, hutang obligasi berada di angka Rp 994,39 miliar, naik dibandingkan tahun 2016 sebesar Rp993,24 miliar.

ALFAN HILMI

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus