Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina (persero) membukukan laba bersih US$ 1,99 miliar atau setara Rp 26,8 triliun pada Januari hingga September 2017. Angka itu turun hampir 30 persen dari keuntungan di periode yang sama tahun lalu yang mencapai US$ 2,83 miliar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direksi Pertamina mengindikasi penurunan itu akibat belum ada penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM). Padahal, harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price melonjak hingga 30 persen dibanding harga pada 2016.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Dengan harga naik ini, kita tentu tadinya berharap ada penyesuaian harga sesuai kesepakatan per tiga bulan," kata Direktur Utama Pertamina Elia Massa Manik saat jumpa pers di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Kamis, 2 November 2017.
Harga BBM sendiri memang tak akan dinaikkan hingga akhir tahun sesuai kebijakan pemerintah. Meski kehilangan potensi pendapatan yang lebih tinggi untuk investasi di sektor hulu, kilang dan proyek-proyek strategis, Massa masih memandang positif langkah tersebut.
"Inilah saya kira kebijakan pemerintah, ini dinikmati konsumen Pertamina. Mereka mendapatkan harga BBM yang lebih murah," ucapnya.
Keuntungan Pertamina hingga kuartal III 2017 sebesar US$ 31,38 miliar. Meski meningkat dari angka di periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 26,62 miliar, Pertamina kehilangan potensi untung sekitar Rp 19 triliun.
"Sesuai formula, mustinya revenue kita ada di US$ 32,8 miliar, karena (harga BBM) tidak disesuaikan jadi US$ 31,38 miliar. Ini hampir US$ 1,5 miliar atau sekitar Rp 19 triliun," tutur Massa.
Pertamina pun membukukan penurunan EBITDA (earning before interest, tax, depreciation and amortization), dari US$ 6,23 miliar pada kuartal III 2016, menjadi US$ 4,88 miliar pada tahun ini.
Di sisi lain, produksi minyak Januari - September 2017 mencapai 342 ribu barel per hari (MBOPD) atau tumbuh 11 persen dibandingkan periode tahun lalu sebesar 309 MBOPD. Produksi gas Pertamina pun tumbuh 4 persen dari 1.953 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) pada sembilan bulan 2016 , menjadi 2.030 MMSCFD pada tahun ini.
Jika ditotal, produksi minyak dan gas Pertamina naik 7 persen, dari 646 ribu barel setara minyak per hari (MBOEPD) menjadi 693 MBOEPD.
Massa pun menyampaikan pertumbuhan kinerja panas bumi hingga 31 persen menjadi 2.932 Giga Watt Hour (GWh) hingga kuartal III 2017, berbanding jauh dari 2.233 GWh pada periode tahun lalu.
“Peningkatan produksi geothermal menunjukkan komitmen tinggi perusahaan terhadap pengembangan energi baru terbarukan yang ramah lingkungan," tutur Massa.