Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Makan Ikan Asin Berlebih, Bisa Picu Kanker Nasofaring

Anda suka makan ikan asin? Awas, makan ikan asin berlebih bisa memicu kanker nasofaring.

8 Oktober 2019 | 17.40 WIB

Ilustrasi sel kanker. shutterstock.com
Perbesar
Ilustrasi sel kanker. shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Konsumsi ikan asin berlebihan tidak baik untuk kesehatan karena dapat memicu kanker, kata ahli onkologi medik Aru W. Sudoyo. "Ikan asin jeleknya garam tinggi lalu prosesnya atau penjemuran membuat perubahan dalam sel ikan sehingga memunculkan nitrosamin," ujar Aru, yang juga menjabat Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI) dalam acara "Kalbe Academia for Media" di Bogor, Selasa 8 Oktober 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Nitrosamine bersifat karsinogenik. Saat seseorang mengonsumsi ikan asin yang mengandung nitrosamin, bersama nasi hangat, maka ia berisiko terkena kanker nasofaring.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kalau makan ikan asin bersama nasi panas, nitrosamin terbawa uap ke nasofaring (bagian tenggorokan atas yang terletak di belakang hidung dan di balik langit-langit rongga mulut)," katanya.

Risiko terkena kanker semakin tinggi jika daya tahan tubuh seseorang lemah, ditambah menerapkan diet tak sehat seperti kurang serat dan zat gizi lainnya.

"Kita enggak tahu kadar nitrosamin-nya. Tetapi sekali-sekali saja makannya. Makan ikan asin sama nasi panas, uap terbawa (ke nasofaring)," kata Aru.

Seperti dilansir WebMD, kanker nasofaring berhubungan kuat dengan virus Epstein-Barr (EBV), yakni virus dari famili herpes.

Selain konsumsi makanan mengandung garam berlebihan, riwayat keluarga yang pernah mengalami kanker nasofaring serta pernah terinfeksi EBV juga menjadi faktor risiko.

Beberapa gejala yang dihadapi penderita kanker nasofaring, antara lain pandangan buram, kesulitan bicara, infeksi telinga yang kerap muncul kembali, mati rasa di bagian wajah, dan sakit kepala.

Gejala lainnya, kemampuan mendengar berkurang, muncul benjolan di bagian leher atau hidung, mimisan, hidung tersumbat dan sakit di bagian tenggorokan.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus