Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Film bergenre psychological thriller terbaru Smile yang dibintangi Sosie Bacon dan Jessie T. Usher. Alur film bermula menceritakan kesibukan dokter Rose Cotter (Sosie Bacon) di rumah sakit jiwa. Ia selalu menangani pasien dengan masalah kesehatan mental sambil mengekspresikan senyuman.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Film itu menggambarkan kesibukan Sosie Bacon yang terus memforsis diri bekerja selama 80 jam dalam sepekan. Berbagai hal aneh terus mengusiknya tak hanya selama bekerja. Rose Cotter merasa diganggu kutukan yang mengancamnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Rekan kerjanya di rumah sakit menyarankan,ia mengambil cuti supaya bisa beristirahat dari penat bekerja untuk memulihkan masalah mentalnya. Namun, Rose Cotter menganggap berbagai gangguan aneh dalam dirinya bukan masalah kesehatan mental. Melainkan, itu kutukan yang sedang menghampirinya.
Press Screening film Smile di XXI Plaza Indonesia, Menteng, Jakarta Pusat, Senin, 26 September 2022. TEMPO/Nabila Ramadhanty Putri Darmadi.
Selama film diputar menyebut beberapa masalah kesehatan mental terkait tokoh di dalamnya. Beberapa masalah kesehatan yang mental yang disebut, antara lain delusi, depresi, paranoid, gangguan stres pascatrauma (PTSD), dan manik.
Apa saja masalah kesehatan mental dalam film Smile?
1. Delusi
Waham atau delusi ditandai keyakinan atau pikiran yang bertentangan dengankenyataan atas unsur yang tidak berdasarkan logika. Waham menjadi bagian dari berbagai gangguan fisik maupun mental yang berlainan, seperti skizofrenia, gangguan bipolar, dan paraphrenia. Delusi merupakan kepercayaan tidak tergoyahkan terhadap sesuatu yang tidak nyata
Orang yang delusi menganggap khayalannya sebagai kejadian yang benar terjadi. Mengutip Verywell Mind, orang yang delusi dicirikan keyakinan tak tergoyahkan terhadap hal yang tidak nyata, walaupun sudah dijelaskan bukti, kejadian yang dialami tak sungguhan.
Merujuk Cleveland Clinic, orang delusi juga mungkin bercampur masalah antara lain kecemasan, depresi, halusinasi.
- Depresi
Mengutip dari Healhtline, depresi tergolong gangguan suasana hati. Kondisi ini digambarkan sebagai perasaan sedih, kehilangan, atau kemarahan yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Depresi biasanya juga dipengaruhi kebencian terhadap diri. Orang bisa saja mengalami depresi secara berlainan. Saat mengalami depresi akan mengganggu pekerjaan tiap hari. Sebab, depresi mengakibatkan hilangnya keinginan beraktivitas yang produktif.
- Paranoid
Merujuk Cleveland Clinic, paranoia cenderung jarang. Para peneliti memperkirakan, paranoia mempengaruhi 0,5 persen hingga 4,5 persen dari populasi umum di Amerika Serikat. Sekitar 75 persen orang dengan paranoia memiliki gangguan kepribadian lain.
Paranoia merupakan gangguan kepribadian berkaitan proses berpikir yang membuat orang memiliki kecurigaan atau ketakpercayaan yang tidak rasional terhadap orang lain. Orang dengan paranoia mungkin bisa merasakan adanya ancaman bahaya meskipunsebenarnya tidak dalam bahaya.
Sosie Bacon dalam film Smile. Dok. Paramount Pictures.
- PTSD
Pengalaman menakutkan bisa berakibat gangguan stres pascatrauma atau post-traumatic stress disorder (PTSD). Mengutip Mayo Clinic, seseorang yang mengalami gangguan stres pascatrauma akan muncul gejala kilas balik mimpi buruk, kecemasan, pikiran tak terkendali akibat peristiwa yang jelek itu.
Gejala gangguan stres pascatrauma biasanya muncul satu bulan setelah kondisi traumatis. PTSD dibagi menjadi empat jenis: ingatan yang mengganggu, penghindaran, perubahan negatif dalam pemikiran dan suasana hati, juga perubahan reaksi fisik dan emosional.
- Manik depresi
Mania digambarkan sebagai kondisi yang membuat seseorang mengalami euforia yang tak sewajarnya, dikutip dari Healthline. Kondisi psikologis ini membuat suasana hati makin intens, hiperaktif, dan delusi. Mania pun tergolong gejala umum gangguan bipolar.
Sedangkan manik depresi menandakan gejala gembira dan sedih yang silih bergantian. Kondisi hiperaktif berkemungkinan mengalami halusinasi atau delusi. Bisa juga muncul rasa gelisah dan kecemasan. Suasana hati seseorang yang mania cepat berubah menjadi depresi.
BRAM SETIAWAN
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.