Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Para peneliti menjelaskan kaitan antara kesehatan mental dan kesehatan jantung. Mereka pun meminta para praktisi kesehatan untuk memeriksa kesehatan mental seseorang dalam pengobatan masalah jantung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dalam pernyataan di jurnal Circulation, Asosiasi Jantung Amerika (AHA) mempelajari hasil penelitian tentang kaitan kedua hal tersebut. Tujuannya untuk mencari kejelasan antara kesehatan jantung dan mental dan menemukan kemungkinan tindakan pencegahan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Berdasarkan penemuan mereka, para peneliti meminta praktisi kesehatan untuk mempertimbangkan kesehatan kardiovaskular dan menangani penyakit jantung dalam konteks kesehatan psikologis pasien. Penulis penelitian menyebutkan penyakit kardiovaskular tak boleh dianggap sebagai masalah tunggal tapi sebagai sistem yang terintegrasi dengan pikiran, hati, dan tubuh.
Sekelompok peneliti dengan keahlian masing-masing, mulai dari psikiater sampai epidemiolog, mengumpulkan berbagai penelitian mengenai kondisi psikologis dan kesehatan kardiovaskular, risiko, dan penyakit. Lewat analisisnya, mereka mengidentifikasi tren kunci pada data, termasuk pengalaman emosional khusus berkaitan dengan masalah neurobiologis dan tingkah laku yang terkait dengan risiko penyakit kardiovaskular.
Lebih spesifik lagi, kondisi seperti depresi, stres akut, kecemasan, amarah, pesimisme, dan ketidakpuasan pada hidup berkaitan dengan:
-Detak jantung tak teratur
-Kenaikan tekanan darah
-Masalah pencernaan
-Peradangan
-Berkurangnya aliran darah ke jantung
Kondisi kesehatan mental juga mungkin terkait dengan perilaku yang mungkin meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, seperti merokok, pola makan tak sehat, dan kurang olahraga. Demikian dilansir dari Verywell.